PPDB SMP Negeri 2019/2020 di Tulungagung, Desa yang Jaraknya Jauh Masuk Pembagian Zonasi Sekolah
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP negeri di Tulungagung dipastikan kembali menggunakan sistem zonasi.
Penulis: David Yohanes | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP negeri di Tulungagung dipastikan kembali menggunakan sistem zonasi.
Namun yang membedakan tahun 2019 ini, dalam pengaturan zonasi sekolah, dicantumkan juga desa-desa yang masuk zona tersebut.
Hal ini untuk mengantisipasi kesulitan mendapatkan sekolah, bagi anak-anak dari desa yang jaraknya nanggung.
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ada sejumlah desa yang jaraknya jauh dari SMP Negeri mana pun.
“Sekarang tidak ada lagi desa yang nanggung (jaraknya). Karena masing-masing SMP Negeri sudah ditentukan desa-desa yang masuk zonanya,” terang Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Tulungagung, Suharno, Senin (20/5/2019).
• Cerita Orangtua Ambil Nomer Antrean PPDB SMP Negeri di Kota Malang untuk Anaknya Sejak Jam 5 Pagi
• Website Sudah Bisa Diakses, Pin PPDB SMA/SMK Negeri Diambil Mulai 27 Mei - 20 Juni 2019 Selama Kerja
Zonasi ini untuk memastikan, setiap anak diprioritaskan di sekolah terdekat.
Jumlah siswa yang masuk lewat sistem zonasi ini mencapai 90 persen dari kuota sekolah.
Sedangkan 10 persen sisanya dialokasikan untuk jalur prestasi dan siswa pindahan antar daerah.
“Bukan hanya jaraknya yang dipertimbangkan. Akses dari rumah ke sekolah juga menjadi pertimbangan,” tambah Suharno.
Dari seluruh zona yang ditetapkan, wilayah kota yang paling banyak ditempat SMP Negeri yang dianggap favorit.
SMP tersebut adalah SMPN 1 Tulungagung, SMPN 2 Tulungagung dan SMPN 3 Tulungagung.
Selain itu di wilayah kota juga ada SMPN 6 Tulungagung dan SMPN 4 Tulungagung.
Ada juga SMPN 1 Kedungwaru yang juga berada di wilayah kota.
Namun menurut Suharno, dipastikan para calon peserta didik tidak akan menumpuk di SMP favorit tersebut.
“Misalnya ada dua anak jaraknya sama di SMP yang sama, pihak sekolah bisa melihat faktor lain. Seperti nilai misalnya,” ujarnya.