Kisah Unik Sungai Jagir, Nomor Dua Bikin Merinding
Sungai atau Kali Jagir merupakan satu anak Sungai Surabaya yang merupakan sungai buatan pada zaman penjajahan Belanda pada tahun 1879.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Edwin Fajerial
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sungai atau Kali Jagir merupakan satu anak Sungai Surabaya yang merupakan sungai buatan pada zaman penjajahan Belanda pada tahun 1879.
Sungai Jagir terletak di sepanjang Jalan Jagir Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur.
Dulu, sungai ini memiliki air bersih yang dimanfaatkan masyarakat Surabaya untuk MCK atau sekedar berenang.
Kini Sungai Jagir memiliki pintu air yang akan tampak indah karena lampu yangdipasang akan menyala pada malam hati.
Namun tahukah kamu, seperti beberapa tempat dan sungai di Surabaya lain, Sungai Jagir memiliki kisah sejarah sendiri lho.
Berikut beberapa kisah uniknya dilansir dari
1. Kisah tentang Mbah Kalap dan Buaya Putih
Masyarakat yang telah tinggal lama di sekitar sungai jagir pasti sudah akrab dengan seseorang bernama Mbah Kalap.
Mbah Kalap yang disapa dengan nama Mbah Pesek ini dikenal sebagai penguasa Sungai Jagir yang tenar pada sekitar tahun 1970 hingga 1980.
Menurut cerita penduduk, Mbah Kalap memiliki ciri fisik hidung peseng tanpa belahan di bibir atas serta tumit yang rata.
Penampilan fisik Mbah Kalap tersebut menjadi perumpamaan dari buaya putih.
Suatu ketika, ada orang yang niat bunuh diri dengan cara menceburkan diri ke sungai jagir.
Melihat hal tersebut, Mbah Kalap pun seketika langsung menyelam ke dasar sungai untuk menyelamatkan orang tersebut.
Hebatnya, ia mampu menyelam hingga dua jam tanpa alat bantu pernapasan lho.
2. Buaya yang minta tumbal
Konon, Sungai Jagir terpecah menjadi dua bagian, yakni ke arah timur yang disebut Rolak Lanang dan ke arah utara yang disebut Rolak Wedok.
Rolak Wedok dan Rolak Lanang merupakan jelmaan dari boyo lanang (buaya laki-laki) dan boyo wedok (buaya perempuan).
Kedua jelmaan buaya ini sering mencari tumbal seorang manusia.
Keduanya akan berpura-pura hanyut, lalu ketika ada manusia yang menolongnya, manusia tersebut akan hilang terseret arus.
Menurut penduduk sekitar, korbannya diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin orang yang meninggal terseret arus di rolak tersebut.
Rolak Lanang akan mencari tumbal perempuan, sedangkan Rolak Wedok akan mencari tumbal laki-laki.
Mitos tentang jelmaan buaya yang mencari tumbal ini masih dipercaya oleh warga sekitar.
Hal ini karena beberapa tahun lalu, sering ada korban tenggelam di sungai tersebut.
Seperti pada tahun 2013, seorang pria bernama Sugeng (25) ditemukan tewas tenggelam sekitar pukul 15.30 WIB, pada Jumat (6/9/13) setelah mandi di sungai dekat pintu air sebelah barat jembatan jagir.
Begitu pula tahun 2015, seorang siswa SMP ditemukan tewas tenggelam di sungai jagir, pada Minggu (20/12/15).
Siswa tersebut tewas usai bermain PlayStation lalu diajak teman-temannya untuk mandi di sungai tersebut.
Terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut, Sungai Jagir merupakan cagar budaya milik kota Surabaya yang harus kita jaga ya, rek!