Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Semarak Ramadan

Suami Istri Tuna Netra Berjuang Bikin Al Quran Braille Secara Manual, Terharu, Alasannya Sederhana

Sepasang suami istri Anik Indrawati dan Suharto memang menyandang tuna netra, namun keterampilannya sangat bermanfaat bagi sesama.

Penulis: Pradhitya Fauzi | Editor: Alga W
TRIBUNJATIM.COM/PRADHITYA FAUZI
Anik dan Suharto, sepasang suami istri penyandang tuna netra yang membuat Al Quran Braille. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pradhitya Fauzi

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sepasang suami istri Anik Indrawati dan Suharto memang menyandang tuna netra, namun keterampilannya sangat bermanfaat bagi sesama.

Di rumah berukuran lima kali 10 meter itu mereka hidup.

Berisikan perabotan sederhana, rumah yang beralamat di Jalan Simo Pomahan XII/15, Surabaya, tersebut mengisi tiga ruangan yang berbatasan tembok dan sekat triplek.

Baca: Saking Merdunya, Netizen Sampai Pengen Nangis Denger Irwansyah Baca Al-Quran di Video Ini

Untuk biaya sehari-hari, mereka bergantung pada keahlian Suharto sebagai pemijat.

Setiap hari pendapatan Suharto untuk memenuhi kebutuhan hidup tak menentu.

Pasalnya tidak setiap hari Suharto dapat melayani pasien pijat.

"Ya kadang ada yang pijat, tapi tidak mesti sehari itu ada, kalau ada ya alhamdulillah, kalau tidak ada, ya mau bagaimana lagi," kata Suharto sembari membetulkan peci berwarna hitam di kepalanya.

Baca: Perdagangan Benur Ilegal Kembali Diamankan Polda Jatim, Jumlah Kerugian Negara Sampai Fantastis

Sementara sang istri yang bernama Anik sendiri, ternyata memilili keahlian khusus yang tak disangka.

Perempuan yang telah menjalin rumah tangga selama 18 tahun bersama Suharto itu memiliki bisnis sampingan yang tak diduga-duga.

Anik dapat membuat cetakan Al Quran yang menggunakan huruf Braille, huruf yang memang dikhususkan bagi penyandang tuna netra.

Sembari mendengarkan radio kecil yang dijadikan satu-satunya hiburan, dia menceritakan kisahnya memperoleh keahliannya itu.

Baca: Kondisi Area Sekitar Tak Layak, Korban Lumpur Lapindo Juga Rasakan Dampak Lingkungan dan Kesehatan

Anik sudah akrab dengan huruf Braille semenjak dirinya duduk di bangku setingkat SMA di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tri Karya.

"Mulai dari membaca dengan cara meraba, kemudian mengikuti program pelatihan cara membuat huruf Braille tersebut," terang Anik.

Lewat peralatan manual, Anik dapat mempraktekkan kebisaannya membuat Al Quran Braille.

Jemari yang terlihat keriput, bukan alasan untuk membuat Anik berhenti untuk membuat Al Quran Braille secara manual.

Baca: Bikin Penasaran, Gimana Ya Orang di Negara yang Mataharinya Tak Pernah Terbenam Jalani Puasa?

Anik mengimbuhkan, pekerjaan tersebut tidak hanya menggunakan kekuatan otot jari.

Tapi ia juga harus sabar dan tekun serta teliti saat menekan setiap tombol.

"Harus sabar, kalau ada satu yang salah, harus ulang dari awal, satu tombol saja yang salah ditekan, otomatis harus mengulangi lagi," tutur lirih Anik sembari mengetik.

Hal itu berlaku untuk membuat setiap ayat sampai terbentuk menjadi satu jus dalam Al Quran.

"Apalagi kan masih mesin ketik manual khusus huruf Braille, jadi harus ekstra tenaganya," ucap Anik.

Baca: Lewat Vlog nya, Kaesang Pangarep Sindir Tingkah Anak Pejabat yang Minta Proyekan: Dasar Ndeso

Setelah selesai diketik Anik, tugas Suharto adalah melakukan pengecekan terhadap tiap huruf dan mengoreksinya.

Untuk pembuatan jus paling pendek, Anik dan Suharto memakan waktu hampir 1 minggu untuk menyelesaikannya.

Diakui mereka hasil bikinan Al Quran Braille ini tidak akan cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

"Apalagi sekarang sudah ada mesin canggih khusus huruf Braille,” ujar Suharto, Senin (29/5/2017).

"Kami tetap melakukan ini untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung seperti kami, sekaligus untuk ibadah dan dakwah," tambahnya yang disahuti "amin" oleh Anik.

Baca: 32 Tahun Insiden Heysel Stadium, Juventus Peringati 39 Korban Tewas Lewat Foto Api Ini

Anik membuat ayat Al Quran Braille itu tidak tiap hari.

Dia dan suaminya bekerja berdasarkan pesanan.

Setiap jus Al Quran Braille dibanderol Rp 75 ribu, tergantung juga pada banyaknya ayat dalam jus-jus tersebut.

Untuk tahun 2017 ini, Anik mengaku, mereka belum mendapat satu pun pemesan cetakan huruf Braille, meskipun sudah memasuki hari ke empat.

“Masih belum ada yang pesan, kalau tahun kemarin ada, tapi tidak banyak,” ucap Anik.

Baca: Sosok di Langit-langit Saat Ibadah Ini Bikin Syok Netizen: Agar Lebih Dekat Sama yang di Atas

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved