Berkat Pokdarwis, Pantai Dlodo yang Hancur Kembali Diserbu Wisatawan Lagi
Ombak yang datang dari laut bergulung-gulung sangat besar yang disambut luasnya lapangan pasir.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
“Yang ini memang sengaja tidak diratakan kembali, sekalian untuk benteng ombak. Sebab kalau tidak ada tanggul pasir ini, saat pasang ombaknya bisa sampai jauh ke daratan,” ungkap Ketua Badan Permusyawaratan Desa Rejosari, Sugiono.
Sugiono pula yang membangkitkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), untuk mengelola Pantai Dlodo sebagai lokasi wisata.
Awal 2017 dirintislah upaya pengelolaan Pantai Dlodo. Secara resmi Dlodo resmi dikelola Pokdarwis pada Februari 2017.
Baca: Hutan Mangrove Panorama Kili-Kili, Destinasi Wisata Baru yang Dibuat Warga Banyuwangi
Onggokan pasir sisa penambangan yang tingginya mencapai 10 meter disulap menjadi semacam gardu pandang bagi pengunjung dan wisatawan.
Selain itu sejumlah gasebo juga didirikan untuk pengunjung. Pengunjung masih bisa menikmati keaslian lapangan pasir yang belum tersentuh penambangan di sisi barat, tepat di bawah naungan tebing hijau.
“Sekarang pengunjungnya lumayan ramai karena sedang libur sekolah. Kalau Sabtu dan Minggu pengunjungnya bisa mencapai 300 orang,” jelas Sugiono.
Untuk masuk ke pantai ini tidak dipungut biaya. Pengelola hanya memungut uang parkir motor sebesar Rp 5000. Sedangkan mobil dipungut Rp 10.000.
Pengelola juga sudah menyediakan toilet di pantai ini. Mereka juga secara rutin memungut sampah yang mengotori pantai.
Bukan sampah pengunjung, namun sampah yang dibawa ombak dari tengah laut.
“Kalau tidak dipungut maka pantai akan dipenuhi sampah dari tengah laut. Tentu itu akan membuat pengunjung sangat tidak nyaman,” tambah Sugiono.
Namun upaya pengembangan pantai ini terhambat dana. Padahal menurut selama ini Pemkab Tulungagung selalu mendorong masyarakat untuk menemukan potensi wisata di wilayahnya.
Namun upaya penemuan potensi wisata tersebut belum diikuti upaya pengambangannya.
Masih menurut Sugiono, Pokdarwis berencana membuat sekurangnya 20 gasebo lagi. Diyakini keberadaan gasebo tersebut akan menarik pengunjung. Namun pihaknya terkendala biaya.
“Padahal setiap gasebo hanya memerlukan Rp 500.000, tapi kami memang tidak ada sumber pendanaan untuk itu. Kami berharap pemerintah mau membantu Pokdarwis Dlodo untuk mengembangkan potensi yang ada,” tandas Sugiono. (Surya/David Yohanes)