Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Inilah Perjuangan Suku Amazon Melintasi Dua Dunia Berbeda, Dari Lima Abad Lalu Hingga Saat ini

Kondisi Suku Amazon saat ini masih seperti nenek moyang mereka sebelum kedatangan orang Eropa yang tiba di Amerika Selatan, lima abad lalu.

Editor: Mujib Anwar
(AFP/Apu Gomes)
Penduduk Waiapi melihat sebuah pesawat terbang di langit di Amapa, Brasil pada 15 Oktober 2017. 

Tidak seperti suku pedalaman lainnya yang menerima kunjungan turis, Waiapi jarang menerima kunjungan orang luar, bahkan jurnalis.

Seorang anggota suku memiliki sebuah ponsel di saku cawatnya. Kendati tidak ada sinyal, dia kerap menggunakan ponsel itu untuk memotret.

Sementara, seorang lainnya memiliki mobil satu-satunya di Manilha, walaupun kehabisan bensin.

Dari bawah atap jerami, terdengar suara radio VHF bertenaga surya, untuk menghubungkan desa-desa Waiapi yang tersebar di hutan.

Ketika Manilha memberikan kesan seperti tersesat di jantung hutan hujan, semua orang tahu bahwa industrialisasi abad ke-21 tak bisa dihindari.

Padahal, hanya perlu dua jam berkendara ke arah selatan untuk menuju kota sepi, Pedra Branca.

Bikin Tank dan Meriam Raksasa Canggih ini, Korut Bisa dengan Mudah Hantam Ibukota Korsel

Penjelajah waktu 

Mayoritas 1.200 penduduk Waiapi tidak pernah mengunjungi Pedra Branca.

Tapi berbeda dengan Jawaruw Waiapi. Dia melakukan perjalanan ke sana setiap minggu, seakah beralih di antara dua dunia yang berbeda seperti seorang penjelajah waktu.

Pria berusia 31 tahun itu, tinggal di bungkit yang curam di hutan lebat. Dia cukup berprestasi karena ditunjuk sebagai dewan kota pada tahun lalu.

Dia merupakan orang pertama dari sukunya yang memenangkan kursi jabatan. Hal itu menjadi contoh langka, seorang Waiapi terjun ke wilayah yang mereka sebut sebagai wilayah "kulit putih".

Saat berada di Pedra Branca, Jawaruwa Waiapi mengenakan celana jeans dan kemeja rapi, kemudian duduk di belakang meja.

"Anda harus mengikuti peraturan kota. Di sini, Anda butuh uang untuk hidup, kamu perlu membayar untuk mendapatkan apapun," katanya.

"Saat kembali ke desa, Anda tidak perlu membayar untuk apapun, air gratis, kayu bakar juga gratis," tambahnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved