Hari Pahlawan
Simak 6 Fakta Bung Tomo, Pembakar Semangat para Pejuang di Pertempuran 10 November 1945!
Tanggal 10 November tak lepas dari sosok Bung Tomo. Berikut 6 fakta menarik Bung Tomo! Simak ya!
Penulis: Pipin Tri Anjani | Editor: Agustina Widyastuti
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pipin Tri Anjani
TRIBUNJATIM.COM - Tanggal 10 November tak lepas dari sosok Bung Tomo.
Pemilik nama Sutomo ini merupakah tokoh pahlawan yang berperan penting dalam pertempuran 10 November 1945.
+Sang+Pembakar+Perlawanan+Surabaya.jpg)
Seperti yang diketahui, tepat pada 10 November terjadi peristiwa yang menyimpan cerita perjuangan para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran itu bermula dari kedatangan tentara Sekutu yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ke Surabaya untuk melucuti senjata tentara Jepang.
( Tepat di Hari Pahlawan, Menteri Susi akan Dapat Gelar Doktor Honoris Causa di ITS Surabaya )
Para Sekutu menjadikan Hotel Yamato yang sekarang dikenal sebagai Hotel Majapahit sebagai markas.
Tanpa seizin arek-arek Surabaya, AFNEI justru mengibarkan bendera Belanda yang berwarna merah, putih, dan biru pada 18 September 1945.
Hal itu sontak menyulut kemarahan para pemuda.
Perundingan untuk menurunkan bendera rupanya tak membuahkan hasil.
Ploegman, seorang tentara Belanda tewas lantaran dicekik Sidik yang merupakan pemuda Indonesia.
Pernah Geger, 8 Foto Ciuman Sesama Jenis Artis Indonesia Bikin Merinding, Ada yang Basah-basahan! https://t.co/7k27PV36VH #artisindonesia #skandalartis #PresidenJamanNow
— Tribun Jatim (@tribunjatim) November 9, 2017
Tak terima, Sekutu pun menembakkan peluru ke Sidik hingga tewas.
Hal itu membuat para pemuda lainnya berlarian keluar dari hotel.
Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.
Hariyono, Sudirman, dan Kusno Wibowo berhasil merobek warna biru pada bendera yang dikibarkan Belanda.
( Peringati Hari Pahlawan, Upacara Pengibaran Bendera di Balai Kota Surabaya Berlangsung Khidmat )
Setelah hanya tersisa bendera berwarna merah putih, mereka kemudian mengibarkannya lagi.
Setelah insiden yang terjadi di Hotel Yamato pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadilah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris .
Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Soekarno untuk meredakan situasi.
Keadaan sempat mereda saat kedua pihak menandatangani perjanjian gencatan senjata.
( Cari Biaya Persalinan Istri dan Pengobatan Orangtua, Pria Ini Gasak Perhiasan Mantan Majikannya )
Namun, pertempuran kembali terjadi setelah tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby.
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
Batas ultimatum adalah pukul 06.00 WIB pagi tanggal 10 November 1945.
Namun, ultimatum tersebut dianggap penghinaan bagi para pejuang dan rakyat Surabaya.
Maka, tepat tanggal 10 November terjadilah pertempuran antara para pejuang dengan Sekutu.
Tersenyum Diperiksa Polisi, Begini Postingan Media Sosial Pengemudi Mobil Tabrak 3 Motor di #Surabaya https://t.co/SucDz5bRvO #lakalantas #jalandarmo
— Tribun Jatim (@tribunjatim) November 9, 2017
Di sinilah peran Bung Tomo sangat berpengaruh.
Pasalnya, Bung Tomo membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA.
Ia membakar semangat para pejuang dengan pidatonya.
Untuk mengenang jasa pahlawan Bung Tomo, intip yuk, 6 fakta Bung Tomo!
Dilansir dari Wikipedia, Tribun Batam, dan sumber lainnya, berikut 6 fakta menarik Bung Tomo!
Simak ya!
1. Tak tamat sekolah
Bung Tomo lahir di Surabaya tanggal 3 Oktober 1920.
Ia dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang menghargai pendidikan.
Bahkan, ia rela bekerja sambil sekolah.
Kala itu, terjadi krisis yang melanda Hindia belanda.
( Komplotan ini Todong Pisau Ke Leher Tiga Temannya Sendiri dan Rampas Handphone )
Sehingga pada usia 12 tahun, Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO.
Ia bekerja keras untuk mengatasi krisis yang terjadi.
Namun, dikutip dari Wikipedia, Bung Tomo belakangan ini berhasil menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi meski ia tidak pernah resmi lulus.
HBS adalah pendidikan menengah pada zaman penjajahan Belanda.
Pendidikan di HBS berlangsung selama 5 tahun, sehingga setara dengan SMP+SMA.
( Tak Ada Lagi Zlatan Ibrahimovic, Gianluigi Buffon Sebut Swedia Justru Diuntungkan )
Biasanya diperuntukkan khusus untuk orang Belanda, Eropa, atau Elite Pribumi.
Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Belanda.
2. Seorang jurnalis
Sosok Bung Tomo dikenal sebagai pahlawan dan pemimpin perjuangan pertempuran 10 November di Surabaya.
Namun, sosok Bung Tomo ini rupanya pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses.
Ia bekerja di satu kantor berita dengan Abdul Wahab, seorang jurnalis yang mengabadikan foto saat perjuangan arek-arek Surabaya.
( Cepat Tangani Kasus yang Ditujukan pada Pimpinan KPK, Polisi Menolak Disebut Istimewakan Setnov )
3. Jadi pejabat
Setelah pertempuran di Surabaya, Bung Tomo sempat terjun ke dunia politik tahun 1950-an
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.
Namun, hal itu tidak bertahan lama.
Pasalnya, ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari dunia politik.
Langsung Kerja Setelah Hajatan, Netizen Tak Habis Pikir Penampakan Rombongan #Jokowi di Jalan Raya! https://t.co/tl3nx14G1c #JokowiMantu #KahiyangBobby
— Tribun Jatim (@tribunjatim) November 9, 2017
4. Pernah dipenjara
Bung Tomo awalnya mendukung pemerintahan Soeharto pada awal Orde Baru.
Namun, ia mulai mengkritik kebijakan Soeharto sejak tahun 1970.
Bung Tomo membuat sebuah artikel kritikan kepada Presiden Soeharto, Gubernur Ali Sadikin, dan Bulog.
Selain itu, bung Tomo juga kerap mengkritik adanya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di Orde Baru.
( Bawa Kabur Perhiasan Milik Majikan, Seorang Cleaning Service Dibekuk Polsek Wiyung Surabaya )
Pada 11 April 1978, ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras.
Setahun kemudian ia dilepaskan oleh Soeharto.
5. Meninggal di Padang Arafah
Bung Tomo sempat menunaikan ibadah haji.
Namun, pada pada 7 Oktober 1981, ia meninggal dunia di Padang Arafah saat menunaikan ibadah haji.
Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
( LIVE STREAMING Inggris vs Jerman - Musuh Bebuyutan Saling Bertatap Muka, Lihat Laganya di Sini! )
6. Gelar pahlawan
Bung Tomo baru mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2008.
Gerakan Pemuda (GP) Anshor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) mendesak pemerintah agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007.
Akhirnya, pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional ke Bung Tomo pada tanggal 10 November 2008.
Hal itu bertepatan pada Hari Pahlawan Nasional yang diperingati setiap tanggal 10 November.
Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.
( Bhayangkara FC Menang Penuh Drama, Fans Bali United Pertanyakan Dua Keanehan Ini )