Melihat 7 Tahun Perjuangan Rizki Tekuni Bisnis Hingga Gapai Sukses, dari Manual Hingga Online
Punya pekerjaan tetap tak membuat wanita ini berhenti berusaha untuk menekuni bisnis lain, yang lebih menantang dan menghasilkan.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Mujib Anwar
Pengantian produk meluaskan produksi Rizki hingga ke busana gamis.
Ganti produk, pasar pun bergeser. Rizki sempat menawarkan produknya door to door.
Ia mendekati pedagang busana di pusat-pusat perbelanjaan.
Tapi ia sering ditolak dengan alasan harganya terlalu mahal dibandingkan dengan merek lain di toko-toko.
“Memang kalau dibandingkan dengan produk di Pasar Turi, barang produksiku bisa dua sampai tiga kali lipat harganya. Tapi barangku lebih bagus. Pengerjaannya lebih halus,” kata perempuan kelahiran 9 Februari 1977 ini.
Pada 2007, sarjana Teknik Elektro Universitas Brawijaya ini mulai mengenal dunia online.
Ia pun membuat website untuk memasarkan produknya.
Persaingan pasar busana online, kata dia, belum ketat seperti seperti saat ini.
Website baru berumur sepekan, order sudah mulai berdatangan.
Mayoritas adalah agen dari daerah lain yang ingin menjual ulang hasil produksi Rizki.
Lambat laun jumlah agen yang bergabung sebagai pelanggan, terus bertambah. Tapi Rizki justru gundah.
Kemudian ia mulai berpikir, konsumen akan bisa dapat harga yang lebih murah jika ia bisa langsung menjual ke tingkat eceran.
Hasrat itu tersalurkan ketika ia mengenal media sosial Facebook.
Jika mayoritas orang baru kenal Facebook menggunakannya untuk eksistensi diri, Rizki justru sudah berpikir memanfaatkannya untuk promosi.
Ia mengunggah foto-foto hasil produksinya dan menawarkan ke para pengguna media sosial.
Alhasil, distribusi ke agen jalan, penjualan langsung ke konsumen juga terlayani.
Sebelas bulan usaha berjalan, website untuk menawarkan produk Rizki tiba-tiba menghilang dari dunia maya.
Rizki tak tahu pasti sebabnya. Meskipun demikian, bisnis itu tak banyak terpengaruh. (Aflahul Abidin/M Taufik)