Petik Tebu Manten, Tradisi Sebagai Tanda Awal Musim Giling Tebu di PG Semboro Jember
Ketika musim giling tebu telah tiba, di Pabrik Gula (PG) Semboro Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Ketika musim giling tebu telah tiba, di Pabrik Gula (PG) Semboro Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember punya tradisi unik sebagai bentuk seremonial menyambut kegiatan giling tebu.
Unik, tradisi tersebut ialah menggelar kemanten alias pernikahan, namun bukan dua sejoli yang dipersatukan akan tetapi menikahkan dua batang tebu sebelum masuk ke penggilingan.
Tradisi yang rutin diadakan tiap tahun itu disebut dengan terjadwal tiap tahun ini disebut "Petik Tebu Manten".
Suasana yang tersaji dalam pernikahan tersebut mencerminkan kemeriahan dan kemegahan pernikahan dua batang tebu yang tidak kalah dengan pernikahan manusia.
Bahkan, dua batang tebu yang seakan akan menyatu dalam bingkai pernikahan, juga dirias layaknya pasangan pengantin sungguhan pada umumnya.
Baca: Setelah Sembilan Bulan, Marcello Tahitoe Akhirnya Resmi Keluar dari Rehabilitasi
Pasangan tebu tersebu juga mempunyai nama, tebu pria diberi nama Raden Bagus Rosan dan tebu wanita diberi nama Dyah Ayu Roro. Kedua pasangan itu diarak sejauh 15 km sampai akhirnya penyerahan secara simbolis ke Kepala Instansi PG Semboro.
Agus Setiono selaku General Manager (GM) PG Semboro menuturkan, tradisi Petik Tebu Manten ini, digelar sebagai representasi ungkapan rasa syukur atas akan dilaksanakannya penggilingan gula tahun ini.
"Filosofinya adalah mengawinkan Raden Bagus Rosan dan Dyah Ayu Roro Manis ini juga sebagai simbol perkawinan antara PG dan Petani agar tetap berhubungan baik sehingga keberkahan panen bisa kita dapatkan bersama-sama bersama segenap masyarakat pula" terang Agus yang hadir dalam seremonial Senin, (7/5/2018).
Agus menuturkan, proses giling rencananya akan dimulai Senin, (21/05/2018) dan diharapkan selesai akhir September 2018.
Baca: 2 Tahun Dibui Akibat Pencabulan, Saipul Jamil Menangis Saat Ditanya Keuangannya oleh Billy Syahputra
Jumlah tebu yang akan digiling di tahun 2018 diperkirakan sebanyak 8601 ton.
"Proses penggilingan akan dilakukan selama kurang lebih 130 hari, dengan kapasitas giling rata-rata 7000 ton tebu perhari," jelasnya.
Agus menambahkan tebu tersebut berasal dari tanaman tebu rakyat yang digiling di PG Semboro, yang luas lahannya mencapai total 10.500 hektar.
Ia memasang target proses giling akan menghasilkan 66.000 ton gula pasir.
"Gula yang dihasilkan akan di distribusikan untuk masyarakat, setelah proses penghitungan HPP oleh pemerintah selesai," terangnya.
Meski digelar setiap tahunnya, acara seremonial unik ini tidak menyurutkan antusias warga untuk melihat.
Masyarakat tertarik dengan keunikan resepsi pernikahan dua batang tebu tersebut. Salah seorang warga Kecamatan Semboro, Gito mengaku, setiap tahun menyaksikan tradisi unik ini.
"Tradisi ini unik, sekalian untuk edukasi anak tentang adat istiadat, ya harapannya ini tetap berjalan dan dilestarikan" pungkasnya. (Surya/Erwin Wicaksono)