Inilah Cara Kalapas Klas I Malang Memperdayakan Napi dan Tahanan
Dalam rangka bula Syawal, Lapas Klas I Malang menghadirkan ustadz kondang di tengah-tengah para napi dan tahanan, Ustadz Wijayanto,
Penulis: Benni Indo | Editor: Yoni Iskandar
Dalam waktu dekat ini juga, Lapas Klas I Malang akan menjalin kerjasa dengan Perpustakaan Kota Malang untuk meningkatkan minat literasi napi. Selain itu, Farid juga akan mengundang Ustadz Abu Sangkan bulan depan.
Farid bercerita ketika ia menjadi Kalapas Grobogan di Denpasar. Saat itu baru saja terjadi kerusuhan di sana. Ia ditugaskan untuk memulihkan kondisi di Lapas Grobogan.
“Wah waktu itu kondisinya kacau. Petugasnya itu takut sama napinya. Kalau mau razia susah,” katanya.
Tapi dengan cara pendekatan personal dan bertahap, akhirnya petugas bisa melakukan razia di kamar-kamar tahanan. Caranya, Farid mengajak ngobrol para tahanan. Mereka diberi wawasan tentang perlunya tertib dan manfaat patuh terhadap peraturan.
“Akhirnya kita bisa razia,pertama, mereka tanya kapan razia. Kemudian saya berikan keleluasaan kepada mereka kapan maunya. Namun kesempatan berikutnya kami yang memberi tahu kepada mereka jadwal razia,” paparnya.
Hingga akhirnya para napi pun memahami maksud dan tujuan petugas melakukan razia. Razia-razia berikutnya dilakukan petugas tanpa ada pemberitahuan. Pasalnya,sudah ada komunikasi yang baik antara petugas dan napi.
Farid juga menceritakan dialognya dengan Myuran Sukumaran sebelum dieksekusi regu tembak pada 2015 lalu. Saat itu Myuran ingin belajar melukis, namun ia membutuhkan mentor melukis dari Australia.
Farid pun memberikan akses sehingga Myuran bisa melukis dengan panduan mentor. Hal itu justru berbuah manis. Pada akhirnya, Myuran bisa melukis dari dalam lapas sebelum meninggal dieksekusi regu tembak di Nusa Kambangan.
Di Bali, para napi juga diajari berbahasa Inggris. Saat Farid bertugas, ada napi yang berasal dari 29 negara. Para napi pun lancar berbahasa Inggris.
“Jadi kalau ada kunjungan tamu manca, napi tadi menjadi penerjemah saya,” ujarnya.
Pun saat ia bertugas di Papua dan Maluku di mana saat itu harus berhadapan dengan para napi dari OPM dan RMS. Pendekatan-pendekatan personal sangat bermanfaat. Termasuk adanya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalam lapas.
“Ada program besar yang ingin saya wujudkan di Malang,” katanya.
Farid meyakini, jika napi diajak aktif maka akan menghasilkan hal yang positif. Kondisi itu justru akan membuat napi menjadi lebih baik, bahkan ketika nantinya keluar dari lapas.
Farid juga berencana akan memanfaatkan kembali alat-alat produksi kerajinan tangan yang mangkrak di Lapas Klas I Malang. Alat-alat itu dulunya pernah menghasilkan produksi dan dijual ke luar melalui pihak kedua. Namun ketika pihak kedua gulung tikar, produksi kerajinan tangan tidak lagi berjalan. (Benni Indo)