Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah

Cerita 2 Warga Palu Saksikan Tanah Bergeser Saat Gempa: Tak Bisa Selamatkan Istri, Benda Beterbangan

Nuriadi dan Rosna menjadi korban selamat dari gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018). Simak cerita mereka!

Editor: Ani Susanti
TRIBUN TIMUR/NURHADI
Satu korban reruntuhan bangunan Hotel Roa-roa, Kota Palu, Sulawesi Tengah, berhasil dievakuasi oleh tim Basarnas, Minggu (30/9/2018). 

TRIBUNJATIM.COM - Cerita 2 Warga Palu Saksikan Tanah Bergeser Saat Gempa: Tak Bisa Selamatkan Istri, Benda Beterbangan

Nuriadi (45), menjadi satu saksi mata detik-detik tanah di Perumnas Balaroa, Kota Palu, amblas sekitar 5-10 meter usai diguncang gempa bumi 7,7 SR pada Jumat (28/9/2018).

Balaroa merupakan satu di antara titik yang mengalami dampak terparah gempa yang mengguncang Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Nuriadi menceritakan, saat kejadian ia berada dalam masjid baru saja selesai laksanakan Salat Magrib.

 "Saat saya mendengar gemuruh. Saya langsung berlari keluar dari Masjid dan tanah sudah terbelah,"kata Nuriadi kepada Tribun (grup TribunJatim.com) saat ditemui sementara mencari sisa-sisa barangnya yang masih utuh, Selasa (2/10/2018).

Hasil Liga Champions - Luka Modric Dicadangkan, Real Madrid Dipermalukan CSKA Moskva

Nuriadi mengungkapkan, sebelum tanah amblas sekitar 5-10 meter, ia menyaksikan dari jauh tanah bergerak dan mengeluarkan air bercampur lumpur.

"Kemudian tanah bergeser bersama seluruh bangunan sekitar 300-500 meter dari posisi semula,"ujarnya.

Sambil menjatuhkan air mata, Nuriadi mengatakan, meski bersyukur karena berhasil selamat, namun ia sedih karena tidak bisa menyelamatkan istrinya dari bencana dahsyat tersebut.

"Posisi istri saya ada dalam rumah karena sakit sehingga sudah tidak sempat saya selamatkan. Tapi alhamdulillah paginya saya temukan jenazahnya dan sudah dimakamkan," katanya.

Nuriadi (45), menjadi salah satu saksi mata detik-detik tanah di Perumnas Balaroa, Kota Palu, amblas sekitar 5-10 meter usai diguncang gempa 7,7 magnitudo pada Jumat (28/9/2018).
Nuriadi (45), menjadi salah satu saksi mata detik-detik tanah di Perumnas Balaroa, Kota Palu, amblas sekitar 5-10 meter usai diguncang gempa 7,7 magnitudo pada Jumat (28/9/2018). (nurhadi/tribunsulbar.com)

Kata Nuriadi, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, dihuni ribuan penduduk dan hanya sedikit yang berhasil menyelamatkan diri pada saat kejadian.

"Sampai sekarang masih banyak yang belum ditemukan karena tertimbun tanah,"ucapnya.

Ia berharap supaya pemerintah cepat mengambil tindakan, mau dikemanakan warga kelurahan Balaroa setelah adanya bencana ini.

"Kita harus mendapat tempat yang layak. Karena kalau lokasi ini mau digarap kembali tidak mungkin karena air dan lumpur dibawah," tuturnya.

Hasil Liga Champions - Paulo Dybala Hattrick, Juventus Menang Telak Tanpa Kehadiran Ronaldo

Cerita Rosna

Gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018) menyisahkan sejumlah cerita korban yang berhasil selamat dari bencana.

Rosna menjadi satu di antaranya.

Ia adalah warga Perumnas Balaroa, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, yang berhasil selamat dari gelombang lumpur yang keluar dari perut bumi usai diguncang gempa dengan kekuatan 7,7 magnitudo, yang disusul dengan tsunami dipesisir pantai.

"Saat itu posisi saya dalam rumah. Saya keluar rumah tanah sudah terbelah semua, semua benda-benda kayak terbang-terbang, tapi alhamdulillah saya selemat berempat dengan anakku," kata Rosna kepada Tribun (grup TribunJatim.com) ditemui saat mencari sisa barangnya yang masih utuh dibawa reruntuhan bangunan, Selasa (2/10/2018).

Proyek Timbulkan Polusi Debu, Warga di Gresik Langsung Pasang Portal Jalan

Rosna mengatakan, ia bersama anaknya tidak sempat tertimpah bangunan yang ribuh.

Namun, sempat terbawa tanah yang bergeser sekitar 300-500 meter, tapi berhasil lari sambil memeluk anaknya yang kecil.

"Yah kita bersukurlah biar karena masih selamat. Karena ada tetangga saya satu keluarga tidak ada yang selamat," ujarnya.

Rosna menuturkan, lima hari pascagempa mereka belum disentuh bantuan, karena tempat pengunsian mereka lain.

"Kami bangun tenda sendiri karena tidak dapat bantuan tenda sampai sekarang. Kita orang juga makan seadanya. Kita beli sendiri kasian dibuat jadi bubur baru dimakan rame-rame dengan keluarga dan tetangga yang masih selamat," katanya.

Korban Penjualan Apartemen Fiktif di Surabaya Tuntut Dalang Kasus Sipoa Group Dicekal

Sampai saat ini ia mengaku ditempat pengunsian, mereka sangat terkendala dengan air bersih sejak hari pertama musibah.

"Rumah saya ini ada 500 meter bergeser dari posisi semula, ini sekarang saya lagi mencari sisa-sisa barang yang bisa diselamatkan," ungkapnya.

Dikatakan, di Balaroa memiliki penduduk ribuan dan sedikit yang berhasil selamat dan masih banyak yang hilang atau belum diketahui keberadaannya.

"Di sini satu kelurahan. Saya sendiri hanya baju dalam badan yang berhasil saya selamatkan. Sementara kami lagi mencari-cari apa yang bisa diambil," lanjutnya.

Rosna berharap, cepat memberikan solusi atau bantuan kepada mereka utamanya makanan pakaian layak untuk anak-anaknya.

Mahasiswa UB Malang Bikin Mobil Gokart Pakai Energi Listrik, yang Sanggup Melaju 80 KM Perjam

Fenomena Likuifaksi

Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko menyebut fenomena Likuifaksi adalah tanah yang kehilangan kekuatan akibat diguncang oleh gempa, yang mengakibatkan tanah tidak memiliki daya ikat.

"Guncangan gempa meningkatkan tekanan air sementara daya ikat tanah melemah, hal ini menyebabkan sifat tanah berubah dari padat menjadi cair," kata Hary saat berbincang-bincang dengan wartawan di Jakarta, Minggu(30/9/2018).

Hary menjelaskan fenomena likuifaksi tersebut sudah banyak terjadi di Indonesia.

"Sudah banyak terjadi (di Indonesia) seolah-olah rumah ditelan bumi,"ujar Hary.
Hal ini biasanya terjadi saat gempa pada daerah-daerah dengan tanah yang mengandung pasir dan air.

Seperti daerah dekat pantai.

Likuifikasi terbagi menjadi dua jenis. Ada yang berupa semburan air dari dalam tanah, juga berupa lapisan pasir yang menjadi padat akibat guncangan gempa dan airnya terperas keluar sehingga mengalir membawa tanah.

Rumah Subsidi yang Murah di Sulawesi Tengah Ini Tetap Kokoh Meski Diguncang Gempa, Apa Rahasianya?

Likuifaksi yang terjadi di Palu adalah tipe yang tanahnya hanyut bersama air.

Bahaya dari fenomena ini adalah bangunan akan ambles.

Hal itu karena airnya terperas ke luar dan tanahnya memadat jadi permukaan tanah turun.

Pondasi bangunan ada di tanah itu jadi ikut turun, sehingga bangunannya ambles. (Nurhadi)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Cerita Nuriadi Soal Kampungnya 'Tertelan Bumi' di Palu: Tanah Bergerak, Tak Bisa Selamatkan Istrinya.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved