Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah
Puluhan Fotografer Madura Berebut Jepret Model Cantik untuk Galang Donasi Korban Gempa Palu
Puluhan Fotografer Madura berebut menjepret para model cantik untuk galang donasi korban Gempa Palu.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN – Sebanyak 75 orang fotografer di Madura, berebut mengabadikan 15 model cantik berhijab yang berpose di areal taman bunga sekitar monumen Arek Lancor, Pamekasan, Minggu (7/10/2018).
Para model cantik, berusia antara 18 – 23 tahun di antaranya masih duduk di bangku perguruan tinggi itu, berusaha menampilkan gaya, ekspresinya dan kelembutan seorang model di hadapan fotografer.
Sementara para fotografer berusaha mengarahkan pose dan membidikan kamera ke arah model.
Namun dari 75 fotografer itu, tidak langsung serentak berbarengan membidikkan kamera ke arah 15 model sekaligus. Melainkan dalam pengambilan pemotretan, dibagi perkelompok. Untuk setiap model pemotretan dibatasi antara maksimal 6 orang fotografer.
Dalam setiap sisi pemotretan, berapa jepretan yang diambil fotografer tidak dibatasi, hanya saja waktunya yang diatur ditentukan, karena harus berglirian dengan fotografer lain yang juga ingin mengabadikan kelembutan dan kesan angguh dari model.
• Ribuan Pendekar Silat Serang Desa, Rusak Rumah & Bakar Motor di Tulungagung, Begini Tanggapan Polisi
Lokasi yang dipilih monumen Arek lancor, lantaran bersamaan dengan acara car free day (CFD) Pamekasan.
Pemotretan bertajuk Charity Photo Hunting, yang digagas Komunitas Fotografer Indonesia (KFI) Pamekasan, Regional Jawa Timur, Pray for Donggala, Palu, Sulawesi Tengah.
Wakil Ketua I KFI Pamekasan, Amin Abdullah, kepada Tribunjatim.com, mengatakan, walau acara ini digelar mendadak karena tujuannya untuk donasi bagi korban bencana di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, namun pesertanya yang dibuka lewat online cukup banyak yang mendaftar.
Selain dari anggota KFI, juga dari fotografer di luar KFI, yakni puluhan fotografer dari Santri Graph, Bangkalan dan fotografer lain, dari Sampang dan fotografer freelance Pemekasan sendiri.
Menurut Amin Abdullah, setiap peserta dikenakan biaya minimal Rp 20.000. Dan bagi masyarakat umum, baik laki atau perempuan yang ingin berfoto dengan model, dikenakan uang Rp 5.000.
“Nah, hasil dari uang pemotretan ini kami kumpulkan dan kami setorkan ke KFI Jawa Timur yang diteruskan ke pusat untuk disalurkan buat donasi korban gempa dan tsunami Palu dan Donggala Sulawesi Tengah,” kata Amin.
• Ziarah Makam Gus Dur, Kapolda Jatim Bahas Hoax dan Keamanan Jelang Pilpres di Ponpes Tebuireng
Dikatakan, untuk tata rias 15 model ini diseponsori tujuh make up artis (MUA) di Pamekasan, yang sudah profesional dan tidak diragukan lagi kualiasnya. Di antaranya tata rias Arie Salon, Diamond Salon, Nuwedding Salon, Rahmat MUA Salon, Shelly Salon, Utami Tata Rias Salon dan Arofah Salon.
Hidayat dari Santri Graph, Bangkalan, mengaku senang mengikuti ajang pemotretan untuk donasi Donggala dan Palu. Selain ingin berbuat amal dan menyalurkan hobi fotografi, juga ingin belajar kepada para senior fotografer yang berkumpul di lokasi ini.
“Kami juga tak hanya ingin belajar, tapi ingin juga menunjukkan kemampuan kami dalam memotret model,” jelasnya.
Cindy Melania Hidayat (18), salah satu model dengan mengenakan hijab dipadu topi putih dengan baju kotak-kotak dan celana jeans, mengatakan, selama mengikuti ajang pemotretan yang berlangsung selama 4 jam dengan ganti posisi, gaya dan lokasi ini mengaku bangga, walau capek tidak terasa, karena yang dilakukan dirinya bersama model lainnya murni untuk kemanusiaan.