Jalan Gubeng Surabaya Macet, Pengguna Jalan Minta Pemerintah segera Normalkan Lalu Lintas
Masih ditutupnya satu lajur di sisi selatan membuat masih ada penyempitan jalan yang membuat kemacetan terjadi di sepanjang ruas Jalan Gubeng.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Meski Jalan Gubeng Surabaya kini sudah tak lagi ambles dan sudah dikembalikan sebagaimana semula, namun hingga saat ini, jalan masih belum bisa berfungsi normal.
Masih ditutupnya satu lajur di sisi selatan membuat masih ada penyempitan jalan yang membuat kemacetan terjadi di sepanjang ruas Jalan Gubeng.
Bahkan antrean jalan untuk bisa melintas di titik tersebut setiap harinya hingga mencapai Jalan Kertajaya, khususnya di kawasan viaduk Kertajaya.
• Aspal Jalan Gubeng Surabaya Sisi Barat Sempat Retak Lagi, Ada Lubang yang Belum Tertutup
• Tri Rismaharini Klaim Serapan Anggaran Kota Surabaya Tertinggi di Indonesia, Sampai 92 Persen
Hal ini membuat para pengguna jalan mengeluh dan meminta agar lajur segera dibuka normal sehingga Jalan Gubeng bisa dilalui normal empat lajur sebagaimana semula.
Keluhan itu sebagaimana disampaikan oleh Gigih Abdi, yang setiap hari melintas di Jalan Gubeng untuk bekerja di kawasan Jalan Panglima Sudirman.
Ia mengaku memang harus merayap lama ketika tiba di Jalan Kertajaya masuk ke Jalan Gubeng.
Dia mengatakan, untuk kendaraan roda empat bisa mencapai 10 hingga 20 menit.
• Pemeriksaan Sementara Mayat dalam Tong di Surabaya, Tim Forensik: Diperkirakan Membusuk Lebih 2 Hari
"Terutama kalau pagi, pasti macet. Meski setelah Jalan Gubeng sudah lancar lagi, tapi ya kalau pengerjaan sudah selesai kami berharap segera dibuka saja, tidak usah ditutup dan memakan badan jalan," katanya, Jumat (18/1/2019).
Sebagaimana pantauan di lapangan, Jalan Gubeng sudah diaspal seperti sedia kala.
Di lokasi proyek basement juga sudah diuruk dengan menggunakan alat berat, tinggal proses pemadatan di lokasi pengurukan.
Sedangkan untuk kendaraan yang lalu lalang di lokasi sudah tidak sebanyak saat masih proyek pengurukan di tahap awal.
• Ini Identitas Mayat Perempuan Terbungkus Kain dalam Tong Plastik di Romokalisari Surabaya
Hal itu lantaran di lokasi sepanjang eks basement juga ditutup pagar besi, seolah tidak ada kegiatan di lokasi tersebut.
Namun barrier penutup lajur jalan dipasang, dan membuat kepadatan lalu lintas di lokasi tersebut.
"Kalau sudah tidak ada pengerjaan, kami berharap dibuka saja. Tidak ditutup seperti sekarang," kata Lian Anggita, pengguna jalan yang melintas di Jalan Gubeng.
Tunggu Proses Pencarian Barang Bukti Selesai
Dikonfirmasi terkait hal itu, Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, Erna Purnawati mengamini bahwa normal jika ada kepadatan di lokasi tersebut.
Adanya penyempitan jalan dan pengurangan lajur tentu membuat rate kendaraan melintas di titik tersebut menjadi lebih lambat dan menimbulkan kemacetan.
• Pencurian Uang di Toko Tas Surabaya Bermodus Pura-pura Membeli untuk Sibukkan Penjual
Akan tetapi, Pemkot Surabaya memastikan bahwa penutupan akses lajur itu bukan tanpa alasan, melainkan karena proses pencarian barang bukti di lokasi itu belum selesai.
"Proses hukumnya kan masih jalan. Sekarang di sana sedang menguruk. Yang tepi belum karena kepolisian masih melanjutkan pencarian barang bukti," kata Erna Purnawati pada Surya (TribunJatim.com Network), Jumat (18/1/2019).
Menurutnya, dalam sepuluh hari ke depan pencarian barang bukti akan selesai dilakukan, sehingga ia meminta pengguna jalan juga agar lebih bersabar.
• Dinilai Tak Serius Wujudkan Kawasan Tanpa Rokok, Pemkot Surabaya Ditantang Tiru Sanksi di Banjar
• VIDEO: Tri Rismaharini Resmikan Konter Pelayanan Hak Intelektual untuk UMKM Kota Surabaya
"Yang tepi masih ada penggalian. Makanya alat berat kita juga masih ada satu yang bertahan di sana untuk membantu kepolisian. Seminggu lagi, saat kontraktor sudah selesai menguruk, pencarian barang bukti selesai, maka kita akan buka lajur yang dekat tepi basement," janji Erna Purnawati.
Dikatakan Erna Purnawati, penutupan lajur tersebut tak lain juga untuk menjaga keamanan pengguna jalan, karena khawatir jika masih ada pergerakan lahan setelah ada mobilitas alat berat. (Surya/Fatimatuz Zahroh)