Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Siswa SMK Putra Indonesia Malang Ujian Praktik Lima Mapel Lewat Kemasan Pentas Drama

Siswa kelas 12 SMK Putra Indonesia Malang (PIM) melakukan ujian praktik lima mata pelajaran (mapel) dalam kemasan drama di aula sekolah.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Arie Noer Rachmawati
SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
UJIAN BAHASA JAWA - Penggalan adegan dalam pentas pertunjukan berjudul Ramayana oleh siswa siswi kelas XII H-6 SMAN 4 di Aula SMAN Tugu, Kota Malang, Senin (25/2/2019). Pentas pertunjukan dengan memakai bahasa Jawa ini merupakan penyelesaian tugas akhir Mata Pelajaran Bahasa Jawa. 

TRIBUNJATIM.COM, KLOJEN - Siswa kelas 12 SMK Putra Indonesia Malang (PIM) melakukan ujian praktik lima mata pelajaran (mapel) dalam kemasan drama di aula sekolah.

Selasa (26/2/2019) adalah hari kedua.

Lima mapel itu adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama, Seni Budaya dan Kewirausahaan.

"Per kelas diberi waktu satu hari. Karena ada lima kelas, maka dilakukan selama lim hari," jelas Eka Tries Yuliani, Waka Kurikulum SMK PIM pada suryamalang.com (grup TribunJatim.com).

Terima Banyak Aduan Pendirian Bangunan, DPRD Pasuruan Akan Panggil Perusahaan yang Tabrak RDTR

Lihat Nagita Slavina Hendak Pergi, Rafathar Puji Kecantikan Sang Ibunda: MasyaAllah

Satu kelompok terdiri dari enam siswa dengan durasi tampilan 30-40 menit.

Konsep ujian praktik drama yang bisa mengemas lima mapel itu baru dilakukan tahun ini sebagai inovasi.

Dalam pedomas teknis (domnis) pemerintah, semua mapel wajib ada ujian praktik.

Karena tak biasa, maka pada Januari 2019 sudah disosialisasikan ke siswa kelas 12.

Mereka kemudian membuat naskah drama dan latihan.

Meski kerja kelompok, tapi penilaiannya sendiri-sendiri.

Sehingga semua berperan di drama itu.

Misalkan untuk adegan mapel agama Islam, ada yang adzan, jadi imam atau membaca quran surat apa.

Karena itu penilainya adalah guru masing-masing mapel.

"Ya seru sih dibuat drama begini jadi tidak mengantuk," ujar Diana Muhayati, guru mapel Bahasa Indonesia.

Tiap guru mendapatkan naskah dramanya dari per kelompok.

Syahrini Ramai Dikabarkan Segera Menikah dengan Reino Barack, Curhatan Bubu Sang Mantan Jadi Sorotan

Polres Malang Kota Sudah Pegang 3 Bukti Kasus Pencabulan di SDN Kauman 3, Bakal Jadikan IM Tersangka

Untuk pentas dramanya bukan drama musikal dan tidak ada pengeras suara.

Ini agar guru bisa mendengarkan intonasi siswa, juga tidak ada narator cerita.

Untuk peralatan pendukung drama, juga disiapkan siswa. Misalkan background lokasi.

Dua siswa yaitu Bunga Ikhtiana Dewi dan Eka Pratama Putra menyatakan memang tidak mudah menggabungkan lima mapel dalam kemasan drama.

"Kadang-kadang banyak ide dari kawan-kawan untuk menampung lima mapel," ungkap Bunga.

Namun akhirnya terselesaikan.

Kelompoknya mengangkat judul Penguasa atau Gelandangan.

Latihan drama biasanya dilakukan usai pulang sekolah.

Sementara itu, untuk siswa yang beragama Islam dan Kristen dibedakan kelompoknya karena di drama itu juga ada praktik agama.

Sambut Babak Penyisihan Turnamen Piala Presiden 2019, Pelatih Arema FC : Kami Belajar dari Kegagalan

Kelompok Eka Pratama Putra mengangkat tema persahabatan lewat judul Hokya Bin Kafe.

Mengisahkan tentang persahabatan fotografer, desainer, penata rias dan barista.

Mereka datang ke kafe mengeluhkan pekerjaan mereka.

Kemudian mereka sepakat membuat usaha.

Di kafe itu ada konsumen yang meminta mereka untuk mempromosikan barangnya buat iklan.

Tapi hasilnya tidak memuaskan konsumen itu. Kondisi itu membuat tidak nyaman persahabatan mereka.

Sang barista kafe teman mereka mengakrabkan lagi dengan mengajak ibadah bersama di gereja dan saling memaafkan. (Surya/Sylvianita Widyawati)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved