Aksi Penghadangan Paslon Pilpres 2019, Dosen UTM: Yang Dihadang Malah Untung
Surokim Abdussalam, dosen komunikasi politik dan dekan FISIB Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menyoroti aksi penghadangan maupun sorakan negatif
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Surokim Abdussalam, dosen komunikasi politik dan dekan FISIB Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menyoroti aksi penghadangan maupun sorak-sorakan negatif pada kubu lawan yang tengah melakukan kampanye.
Menurutnya, aksi semacam itu justru akan berdampak negatif pada elektabilitas paslon yang didukung pelaku aksi.
Di saat yang sama, nilai elektoral kubu lawan yang disoraki negatif justru akan naik.
"Misal yang menghadang pendukung 01 maka yang akan dapat insentif biasanya lawannya, demikian pula sebaliknya," kata Surokim, Sabtu (2/3/2019).
(64 Pegawai Pemkot Surabaya Tanda Tangan Pakta Integritas Tingkatkan Keamanan Server)
(DEMA UINSA: Banyak Mahasiswa yang Pilihannya di Pilpres 2019 Karena Kesamaan Identitas Sosial)
Surokim menyebut, politik yang dianut oleh bangsa Indonesia ini sesungguhnya high context, biasanya yang dizhalimi dan teraniaya malah akan mendapat simpati.
Apalagi pemilih rasional biasanya menilai hal seperti itu 'lebay' (berlebihan) dan tidak patut karena dinilai tidak fair dalam kompetisi.
Bila aksi penghadangan semacam itu makin massif, Surokim menilai justru akan merugikan paslon yang didukung.
"Ingat pemilih kita mayoritas pemilih Jawa yang sangat menjunjung tinggi sopan santun fatsun dalam berpolitik," kata Surokim.
Insentif elektoral biasanya akan diperoleh paslon yang dihadang.
Apalagi untuk swing voters dan undecided potensial voters menganggap tindakan seperti itu sebagai politik kekanak-kanakan.
(Prabowo Disambut Pendukung Jokowi di Surabaya, Ketua BPP Jatim: Mereka Dibayar)
(Soal Video Prabowo Marah-marah di Forum Ulama Madura, La Nyalla : Pilih Jokowi Saja)
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pasangan calon no urut 02, Prabowo-Sandi kerap mendapatkan penghadangan saat kampanye di sejumlah titik di Indonesia. Termasuk di Jawa Timur.
Yaitu seperti Surabaya, Tuban, Gresik, Jombang, Pasuruan, Sumenep, Pamekasan, dan juga Banyuwangi.
Pasangan Prabowo-Sandi dihadang oleh pendukung lawan dalam bentuk penghadangan, penyorakan dan sejenisnya.
Lebih lanjut Surokim mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah aksi spontan dari pendukung.
Namun hal itu ia nilai adalah bentuk low taste politik atau bentuk politik rendahan.
"Saya pikir itu reaksi spontan sebagai balasan yang sama juga terjadi untuk paslon yang lain. Tapi menurut saya itu tidak elegan, politik dan kontestasi harus menyisakan ruang respek dan hormat pd lawan," kata Surokim.
(Kantor Bawaslu jatim Dijaga Ketat, Jelang Pemeriksaan Saksi Penghadangan Prabowo di Surabaya)
(Prabowo-Sandi Dihadang Pendukung Lawan, Ketua BPP Jatim Imbau Relawan Tak Lakukan Aksi Balasan)
Jika politik tanpa dibalut virtue respect maka politik di Indonesia menurutnya akan bisa jatuh ke jatuh ke politik selera rendah (low taste) dan hanya akan berujung pada politik olok olok nir kehormatan.
"Jika terus menerus politik kita sesak oleh hadang menghadang, sejatinya kita akan masuk zona politik bar bar (barbarian) yang kuat," ucap Surokim.
"Yang menang politik hancur. Menang jadi arang kalah jadi abu sama sama rugi dan tidak memberi kontribusi yang berarti bagi peradaban politil kita sekarang dan masa depan," tambahnya.
Namun di sisi lain, kalaupun aksi semacam itu merupakan aksi settingan, alias sengaja sudah diatur, efeknya juga akan sama saja.
Pihak yang mengatur dinilai malah lebih parah lagi. Mereka dinilai sudah masuk dalam kategori perusak terstruktur dan jelas tak elok.
Para pendukung harus bisa menahan diri dan mengingat bahwa indikator demokrasi yang penting adalah damai dan respek pada pihak lain.
Dengan begitu ditegaskan Dosen UTM ini seperti itu kita akan jauh lebih bermartabat dalam berpolitik insani.
"Para elit politik, kontestan, penyelenggara pemilu khususnya KPU dan Bawaslu sudah saatnya menyuarakan lebih keras soal ini agar tidak ada lagi penghadangan dan tindakan olok-olok di jalan. Intinya penghadangan dan berbagai bentuk ekpresi bully fisik itu politik rendahan alias Low taste politics," tandasnya.
Dampaknya hanya akan menghasilkan politik balas berbalas dan potensial mengeraskan polarisasi konflik antar pendukung.
Reporter: Surya/fatimatuz zahroh
(Pamerkan Foto Hasil Jepretan Rio Motret, Potret Ayu Ting Ting Bertema Bohemian Curi Perhatian)
(Yayasan Sosial Abdihusada Utama Menggelar Operasi Katarak Gratis, Pasien Diantar Jemput)