Bukan karena Sampah Overload, Ini Alasan Pemkab Sidoarjo bakal Tutup TPA Jabon
Pemkab Sidoarjo bakal segera menutup Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Jabon Sidoarjo.
Penulis: M Taufik | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Pemkab Sidoarjo bakal segera menutup Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Jabon Sidoarjo.
Dijadwalkan, penutupan itu akan dilakukan sekitar satu tahun lagi.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, Sigit Setyawan, penutupan TPA Jabon bukan karena sampah di Sidoarjo overload atau karena persoalan sampah lainnya.
Namun penutupan TPA Jabon dilakukan seiring rencana fungsional sanitary landfill di sana.
"Ketika sanitary landfill sudah dioperasikan, TPA akan ditutup," kata Sigit Setyawan, Minggu (10/3/2019).
• Hayono Isman Siapkan Program untuk Berdayakan Pedagang Kaki Lima di Surabaya dan Sidoarjo
Sekarang ini, proses pembangunan sanitary landfill masih terus berlangsung.
Diprediksi, pusat penanganan sampah di Sidoarjo tersebut bakal rampung pembangunannya pada Januari 2020.
Setelah pembangunan tuntas, tempat penampungan sampah berbasis lingkungan tersebut bakal diuji coba.
"Proses uji cobanya akan dilakukan menyeluruh. Mulai dari kotoran, penumpukan sampah, pemrosesan, dan sebagainya," lanjut Sigit Setyawan.
• Kisruh Pemangkasan Gaji Pegawai Honorer Sidoarjo Belum Ada Titik Temu
Tujuannya, untuk memastikan sanitary landfill benar-benar berjalan sesuai harapan.
"Setelah itu, baru resmi dioperasikan. Dan di sisi lain, TPA ditutup," tandas mantan Kepala Dinas PUPR Sidoarjo tersebut.
Agar sanitary landfill berjalan optimal, pemkab harus menyiapkan tiga kebutuhan.
Pertama adalah membentuk lembaga berupa UPT yang berfungsi menjalankan serta mengontrol tempat penampungan sampah tersebut.
• Laga Persebaya Vs Tira Persikabo, Djanur akan Kembalikan Gaya Menyerang Bajul Ijo
"Kemudian kebutuhan personel atau petugas. Dalam hal ini, SDM-nya tidak sama dengan TPA," kata Sigit Setyawan.
"Pekerja harus memiliki keterampilan serta pengetahuan mengolah sampah secara alami. Saat ini, beberapa kebutuhan itu juga sudah kami persiapkan," sambung dia.
Kebutuhan berikutnya yang juga sedang disiapkan adalah sarana dan prasarana, seperti truk compactor sampah yang fungsinya mengangkut sampah dari TPST.
Truk itu juga tidak biasa, karena di dalam truk bisa memproses kotoran yang diangkut, sehingga ketika sampai di sanitary landfill, sampahnya tinggal ditumpuk saja.
• Kualifikasi MotoGP Qatar 2019, Melesat di Awal Putaran, Maverick Vinales Raih Pole Position
"Sekarang ini DLHK belum memiliki truk compactor sampah. Kami berencana mengajukan anggaran pengadaan kendaraan pada PAK nanti. Nominalnya juga masih dihitung," ungkap Sigit.
Ketika sanitary landfill sudah beroperasi nanti, selama enam bulan pertama juga akan dilakukan evaluasi.
Itu juga untuk memastikan apakah benar-benar beroperasi seperti yang diharapkan.
"Jika sudah lancar semua, dan sesuai perencanaan, baru TPA ditutup," tukas pria yang sedang getol kampanye pengurangan sampah di Sidoarjo ini.
• Link Live Streaming All England Open 2019, Akankah Indonesia Teruskan Tradisi Juara Ganda Putra?
Total sampah di Sidoarjo sendiri mencapai 1.200 ton per hari.
Sedangkan sampah yang masuk ke TPA mencapai 700 ton per hari.
Jumlah tersebut harus dikurangi, saat sanitary landfill beroperasi.
Karena sanitari landfill punya batas usia kemampuan, semakin banyak sampah yang masuk, bakal semakin mempercepat bahasannya.
Karena itu, DLHK harus mengoptimalkan TPST di berbagai wilayah.
Semakin banyak sampah yang tuntas di TPST, semakin sedikit yang harus dibawa ke sanitary landfill.
• Minhyuk Bakal segera Wamil, Yuk Intip 9 Pesona dan Fakta Ibu BTOB yang Multitalenta
DLHK sudah memasang target penurunan sampah.
Tahun 2025 produksi sampah harus berkurang 30 persen, sedangkan 70 persen sampah di daur ulang.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Agoes Boedi Tjahjono mengatakan, untuk mengurangi sampah, pemkab sudah menyiapkan solusi.
Di antaranya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), penanganan sampah dengan cara pembakaran.
"Hasil pembakaran menghasilkan listrik. Bisa digunakan untuk mengaliri permukiman dan industri," jelasnya.
• Warga Sampang Madura Ngungsi di Desa Jemundo Sidoarjo Hanya Mencoblos Dua Surat Suara
Di pihak lain, kalangan dewan juga terus mendesak Pemkab Sidoarjo melancarkan program-program penanganan sampah, karena masalah sampah sudah begitu banyak dikeluhkan warga Sidoarjo.
"Selain program penanganan dari pemerintah, kami juga berharap kesadaran masyarakat terhadap sampah bisa semakin baik. Karena pemerintah saja tidak akan mampu menangani persoalan ini, tanpa dukungan masyarakat," ujar Ketua DPRD Sidoarjo, Sullamul Hadi Nurmawan.
Karenanya, selain program-program penanganan sampah oleh pemerintah, juga harus ada program-program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. (Surya/M Taufik)
Yuk Subscribe YouTube Channel TribunJatim.com: