Mengenal Muslimah Cyber Community, Komunitas Emak-Emak Penangkal Berita Hoax
berita hoax yang ada di media sosial selama pemilu lalu, sejumlah perempuan mendirikan komunitas bernama Muslimah Cyber Community (MCC).
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berangkat dari kegundahan terhadap maraknya berita hoax yang ada di media sosial selama pemilu lalu, sejumlah perempuan mendirikan komunitas bernama Muslimah Cyber Community (MCC).
Elemen berisi emak-emak ini kini memiliki perwakilan di beberapa wilayah di Indonesia.
Pendiri sekaligus koordinator MCC, Mila Machmudah menjelaskan bahwa organisasi ini berdiri sejak 2016 dengan nama Emak Cyber Muslim. "Tidak lama kemudian berganti menjadi Muslimah Cyber Community," kata Mila kepada Surya.co.id ketika dikonfirmasi di Surabaya, Senin (15/7/2019).
Sejak awal pendirian, organisasi ini berjuang di bidang edukasi politik dan hukum. "Kami ingin mengedukasi muslimah yang aktif di medsos agar tidak terjebak berita-berita hoax," jelasnya.
Tak hanya di bidang edukasi politik, MCC juga memiliki arah dukungan pada pemilihan presiden di dalam even politik 2019.
Mila mengatakan bahwa pihaknya mendukung Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Mila menegaskan bahwa dukungan tersebut sebagai ihtiar garis perjuangan politik umat Islam di Indonesia melalui medsos. "Kami bicara dalam konteks perjuangan politik umat Islam bukan khususon (paslon nomor urut) 02. Itu (paslon 02) hanya bagian kecil dari ikhtiar kami," kata Mila kepada Tribunjatim.com.
• Polisi Perangi Penyebar Hoax di Media Sosial, Indonesia Tempati Nomor 4 Kejahatan Siber
• PSM Makassar Vs Persebaya, Ruben Sanadi Absen, Djanur Siapkan Skema Baru di Lini Belakang
• Rumah Kakek Sebatangkara ini Ludes Terbakar, Bupati Jombang Mundjidah Beri Bantuan
"Bagaimana pun, sistem politik kita belum memungkinkan untuk Ulama memilih calon di luar partai politik. Sebab, yang berhak mengusung paslon adalah partai politik," kata perempuan juga aktif di organisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba dan pendampingan pasien HIV/AIDS, Drug Free Community ini.
Kegiatan dan diskusi para anggota grup banyak dilakukan melalui WhatsApp Grup (WAG). Saban hari komunitas ini menyajikan berbagai isu yang berpotensi hoax.
"Kami punya grup WA yang mendiskusikan semua perkembangan politik dan hukum di Indonesia yang menjadi isu-isu di masyarakat," urainya.
"Saya mendirikan grup WA ini karena saya memiliki latar belakang pendidikan di FISIP Unair dan juga aktif di partai dan advokasi hukum," tegas politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Melalui grup tersebut, pihaknya bersama anggota kelompok ini melakukan pengecekan berbagai isu-isu yang beredar. Mulai dengan mengkomunikasikan bersama jejaring politik hingga membuka dokumentasi pemberitaan di berbagai media sebelumnya.
"Apa yang kami diskusikan di grup bukan sekedar copas (copy-paste) dari grup-grup lain tetapi kami analisa secara detail," tegas perempuan yang juga menjabat Wakil Sekretaris DPW PAN Jatim ini.
Selama proses pengecekan, pihaknya meminta anggota grup untuk tidak menyebarkan tulisan tersebut ke media sosial ataupun WAG yang lain. "Kami sangat keras terhadap member MCC yang sembarangan nge-share berita tidak tervalidasi. Sebelum memuat di medsos, harus terlebih dahulu berdiskusi bersama kami," tegasnya.
Dari proses pengecekan tersebut, pihaknya menemukan banyak sekali hoax yang beredar. Bahkan, ada beberapa yang sempat dilaporkan ke kepolisian. "Ada dua isu hoax yang kami laporkan ke Direktorat Cybercrime Polda Jatim," jelasnya.