Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Kehebatan Mantan Komandan Kopassus Witarmin, Sang Kunci Keberhasilan Operasi Trisula 1965 di Blitar

Inilah kisah tentang Letnan Jenderal Witarmin, sang mantan komandan Kopassus. Letnan Jenderal Witarmin menjadi pemimpin dalam Operasi Trisula 1965.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Melia Luthfi Husnika
id.wikipedia.org
Kehebatan Mantan Komandan Kopassus Witarmin, Sang Kunci Keberhasilan Operasi Trisula 1965 di Blitar 

TRIBUNJATIM.COM - Kehebatan Mantan Komandan Kopassus Witarmin, Sang Kunci Keberhasilan Operasi Trisula 1965 di Blitar

Inilah kisah tentang Letnan Jenderal Witarmin, sang mantan komandan Kopassus.

Letnan Jenderal Witarmin menjadi pemimpin dalam Operasi Trisula di tahun 1965.

Simak cerita tentang Letnan Jenderal Witarmin .

Kemarahan Sintong Panjaitan Tahu Benny Moerdani Lempar Baret Kopassus, Sebabnya Pertempuran di Papua

Di antara berbagai operasi bersejarah penumpasan pemberontak Gerakan 30 September 1965, ada satu operasi yang dikenang masyarakat Blitar Selatan, yakni Operasi Trisula 1965.

Operasi Trisula 1965 dipimpin oleh Letnan Jenderal Witarmin yang kala itu masih berpangkat kolonel.

Keberhasilan Witarmin pada Operasi Trisula membuatnya naik singgasana menjadi komandan Kopassus.

Dilansir dari TribunJabar (grup TribunJatim.com), kala itu, pasukan elite Kopassus masih bernama RPKAD.

Detik-detik Pembebasan Sandera Pembajakan Pesawat Garuda, Drama 3 Menit Kopassus Beraksi Tahun 1981

Sekitar lima tahun, Witarmin memimpin anggota Kopassus, yakni sejak 1970.

Hal ini tak lepas dari sepak terjangnya sebagai komandan Brigif Linud/18 Trisula.

Setelah pemberontakan Gerakan 30 September 1965, Witarmin pun ditugaskan memimpin Operasi Trisula itu di Blitar Selatan.

Ia memimpin pasukan untuk menumpas sisa-sisa pemberontak Gerakan 30 September yang bersembunyi ke kawasan Blitar Selatan.

Momen Para Jenderal Pentagon Kaget Lihat Kopassus, Pasukan Khusus AS Heran saat Beling Bisa Dimakan

Dilansir Tribunjabar.id dari Kompas (grup TribunJatim.com), ada tempat bersejarah yang menjadi pelarian para pemberontak.

Tempat itu adalah goa yang bernama di Desa Tumpak Kepah, Bakung, Blitar Selatan.

Goa tersebut dikenal warga setempat bernama Mbultuk.

Goa itu menjadi tempat terkenal di Blitar Selatan karena menjadi tempat persembunyian orang-orang yang diincar pasukan Witarmin.

Penumpasan pasukan Witarmin terhadap para pemberontak pun membuat sosoknya dikenang warga Blitar Selatan.

Benny Moerdani Siapkan 17 Peti Mati untuk Kopassus Saat Misi Lumpuhkan Teroris, Akhirnya Tak Terduga

Di sana dibuatkan patung Kolonel Inf Witarmin.

Tak hanya itu, untuk mengenang Operasi Trisula yang bersejarah itu dibangun pula Monumen Trisula.

Diolah Tribun Jabar dari berbagai sumber, hingga kini masyarakat dan mahasiswa di sana disebut kerap melakukan napak tilas dan renungan suci di Monumen Trisula.

Keunggulan Witarmin di dunia militer tak lepas dari kehidupan masa mudanya.

Jenderal kelahiran Kutorejo, Kertasono, Jawa Timur ini kerap ikut bertempur bersama teman-temannya untuk melawan penjajah.

Kemudian, Witarmin pun sempat menjadi kapten pasukan Pembela Tanah Air (PETA) pada 1942.

Kini, sosoknya tinggal kenangan.

Witarmin yang lahir pada 1929 itu wafat pada 9 Juli 1987, saat berusia 58 tahun.

Artikel TribunJabar.

Ilustrasi - Anggota Kopassus
Ilustrasi - Anggota Kopassus (KARTONO RYADI - Kompas.com)

Sintong Tolak Kirimkan Helikopter Saat Tim Kopassus Hendropriyono Dikepung, 35 Tahun Kemudian Dipuji

Pernah terjadi saat tim Kopassus yang dipimpin Hendropriyono dikepung musuh saat mencari kelompok yang menembak anggota Kopassus.

Kisah ini terjadi saat operasi menumpas pemberontak Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang berhaluan komunis.

Tim Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) yang saat ini bernama Kopassus dipimpin oleh Hendropriyono memburu pemberontak yang menembak mati anggota Kopassus.

Hendropriyono ditugaskan oleh Sintong Panjaitan untuk mencari pelaku penembakan.

Ribuan Pemberontak Kongo Ketakutan, Kopassus Buat Mereka Gemetar Bermodalkan Kain dan Bau Bawang

Kisah ini dilansir TribunJambi (grup TribunJatim.com) dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto yang diterbitkan oleh penerbit Kompas.

Dalam setiap briefing Sintong Panjaitan selalu menegaskan kalau militer membuat bivak jangan di dekat sumber air.

Beda dengan Pramuka yang membuat bivak selalu dekat dengan air karena memudahkan mereka untuk mandi, memasak, buang air dan keperluan lainnya.

Sintong Tolak Kirimkan Helikopter Saat Tim Kopassus Hendropriyono Dikepung, 35 Tahun Kemudian Dipuji

Gerombolan komunis banyak melakukan gerakan menyusuri sungai kecil untuk menghilangkan jejak.

Penekanan Sintong itu ternyata tidak diindahkan oleh anak buahnya.

Mereka mendirikan bivak di dekat air.

Ketika gerombolan dikejar-kejar oleh Operasi Garu di hutan, mereka melarikan diri menyusuri sungai kecil.

Gerombolan komunis melihat bivak di pinggir sungai.

Kemudian Then Bu Ked Komandan Kompi 2 PGRKU melepaskan tembakan ke arah bivak dan terkena kepala Prada Rukiat yang Sedang makan.

Ia jatuh seketika dalam keadaan tertungkup di atas misting makanannya.

Sintong Tolak Kirimkan Helikopter Saat Tim Kopassus Hendropriyono Dikepung, 35 Tahun Kemudian Dipuji

Sintong Panjaitan dan Benny Moerdani
Sintong Panjaitan dan Benny Moerdani (Buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (Repro))

Sintong sangat kecewa, karena anak buahnya kurang memperhatikan perintah pimpinan.

Ia melampiaskan kekecewaannya kepada Hendropriyono.

"Saya sudah menyampaikan secara detail bagaimana memilih lokasi untuk mendirikan bivak, tetapi mereka tidak memperhatikan. Sekarang kamu cari sampai ketemu, siapa yang menembak Prada Rukiat," perintah Sintong dengan nada marah.

Pasca penembakan Pratu Rukiat, Hendropriyono diperintahkan memimpin untuk memburu siapa pelaku penembakan.

Hendropriyono kemudian memimpin satu Tim Parako berkekuatan 16 orang terbang dengan helikopter Sikorsky S 34 Twin Pac AURI menuju kampung Aruk di daerah penyangga.

Setibanya di kampung itu, ternyata di situ tidak ada kawan.

Semua penduduk berpihak pada gerombolan.

Penduduk tampak tidak suka dengan orang asing.

Ada yang Mati Aku Tanggung Jawab, Ucap Komandan Kopassus Lawan Komunis, Perwira Remaja Diturunkan

Pada waktu itu penduduk belum memahami soal intelijen, tetapi mereka sudah curiga.

Tampaknya mereka akan melakukan penyerbuan ke Posko Tim Parako yang dip-impinnya.

Hendropriyono menghubungi Sintong lewat radio meminta angkutan helikopter untuk pengunduran.

Jika perlu ia akan masuk ke Malaysia, kemudian kembali ke kampung Aruk dengan membawa pasukan Malaysia.

Permintaan itu ditolak oleh Sintong. "Kamu kan bisa keluar dari situ," kata Sintong.

"Tidak bisa Pak. Pengunduran harus dengan helikopter. Saya terkepung," jawab Hendropriyono.

"Pelurumu ada berapa?" tanya Sintong. "Masih penuh Pak," jawabnya.

Makanan buat berapa hari? "Sintong menyambung" Masih ada Pak. Buat dua hari, "jawab Hendropriyono.

"Cukup itu," kata Sintong dengan tegas.

"Ini benci orang, saya benci bener dulu itu. Tetapi sekarang saya salut!" kata Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono 35 tahun kemudian.

Agus Hernoto, Prajurit Kopassus Berkaki Satu Selalu Dicari Soeharto, Benny Moerdani Bela Mati-matian

Dalam upaya menerobos kepungan, komandan tim pengiriman patroli ke Utara, tetapi terjadi kontak senjata.

Patroli ke Barat juga terjadi kontak senjata Patroli ke timur, menemukan jejak-jejak kaki.

Patroli Ke Selatan, Ada bekas bivak. Komandan tim menyadari pasukannya terkepung.

Kemudian ia memanggil para perwira bawahan dan menyampaikannya. Kesimpulan saya, kita terkepung. Kita harus bisa keluar dari sini,".

Pengalaman Kopassus Cari Keberadaan Suku Pemakan Manusia, Sintong Dikepung Etnis Pedalaman Bertombak

Ia memanggil para perwira yang menjadi komandan patroli untuk memperoleh perkiraan-perkiraan jumlah kekuatan musuh.

Ternyata kepungan gerombolan yang paling tipis untuk diterobos, adalah ke selatan menuju bivak.

Karena disekitar bivak hanya terlihat empat orang musuh Hendropriyono memutuskan menerobos ke selatan.

Namun sampai ke lereng bukit, mereka tidak menemukan gerombolan.

Ia tidak mau turun ke lembah, karena sudah sore hari.

Diperkirakan kalau tim yang bermalam di lembah, pagi-pagi akan habis dari ketinggian.

Tatang Koswara Sniper Misterius Kopassus, Bawa 50 Peluru Buat Habisi 49 Musuh, 1 Butir untuk Dirinya

Hendropriyono melaporkan posisinya, kemudian Ia mendapat perintah dari Sintong agar pasukan terus-menerus mendaki bukit.

Pada saat pasukan sedang mendaki menuju puncak bukit, terjadi pertempuran.

Hasilnya cukup menggembirakan.

Dua orang gerombolan tewas, tiga orang menyerah dan yang lain melarikan diri. (Sumber)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved