Briket Arang Daun Kering Buatan Warga Surabaya, DKRTH Mulai Pasarkan ke PKL, Depot hingga Restoran
DKRTH mulai mencari potensi briket arang daun kering buatan warga Surabaya untuk dipasarkan ke PKL, depot, hingga restoran.
Penulis: Delya Octovie | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tak ingin sampah, terutama sampah organik, hanya memenuhi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya pun mencari cara memanfaatkan sampah ini.
Terlebih, diketahui sampah organik ini menguasai 54,31 persen dari keseluruhan jenis sampah di Surabaya,
"Kami inginnya, jangan sampai sampah itu memenuhi TPA. Salah satunya, kita manfaatkan untuk kompos. Setelah jadi kompos, ternyata bisa dimanfaatkan jadi hal-hal lain lagi," ungkap Plt Kepala DKRTH, Eri Cahyadi, Sabtu (17/8/2019).
Menurutnya, teman-teman kader lingkungan mengolah lagi menjadi briket arang.
• Intip 5 Fakta Briket Batu Bara yang Digunakan Jonghyun SHINee Bunuh Diri, Ternyata Metode Populer
Jadi, warga mengolah barang yang tidak disukai, sehingga bisa dimanfaatkan untuk jadi produk dan bisa meningkatkan perekonomian warga.
Pihaknya, bahkan juga sudah mencari target potensial untuk memasarkan briket daun kering buatan warga, seperti Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah kampung pembuat briket itu sendiri. Satu di antaranya Tembok Gede.
Eri menyebut, DKRTH sudah menemui penjual nasi goreng maupun sate di daerah itu.
Nantinya, warga Tembok Gede memroduksi briket daun kering, lalu dikumpulkan pada satu kelompok.
• DKRTH Uji Lab Briket Arang Berbahan Daun Kering Kreasi Warga di 3 Kampung di Surabaya
Selanjutnya, Pemkot Surabaya yang bertugas sebagai fasilitator dengan turun ke masyarakat dan mendata siapa saja yang membutuhkan briket daun kering.
"Penjual nasi goreng, sate, sudah kita temui. Kita tanya kalau beli briket arang kayu itu berapa harganya. Nah, briket daun kering kita antar ke mereka, kita jual dengan harga yang paling tidak sama dengan briket kayu," ujarnya.
PKL yang sudah menjajal briket daun kering hasil produksi Tembok Gede dan Babat Jerawat, lanjut Eri, beberapa penjual nasi goreng di Genteng.
Tak hanya PKL, DKRTH juga berencana memperluas penjualan briket daun kering ke depot dan supermarket.
Kini, ia sedang diskusi dengan tim, soal kemungkinan pengiriman briket daun kering ke luar Jawa.
"Yang kami diskusikan mengirim ke luar Jawa, karena sudah ada yang menawarkan itu. Nanti hasil briket kita coba dulu. Ini kami masih menunggu hasil uji lab," ucapnya.
• 70 Persen Sampah di Surabaya Merupakan Organik, DKRTH Gelar Pembinaan Briket Arang
Tahap survei