Gubernur Papua Kritik Keras Jokowi karena Bicara Tidak Tegas, Ali Ngabalin: Presiden Sangar Prihatin
Lukas Enembe mengkritik pernyataan Presiden Joko Widodo soal permasalahan di Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu.
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Adi Sasono
Menurut Lukas Enembe, masalah yang terjadi di Papua ini tidak boleh diangap sederhana.
"Tidak bisa sederhanakan masalah Papua. Tidak boleh mereka sederhanakan, kita kulitnya sudah berbeda, rambutnya sudah berbeda," kata dia.
Oleh karena itu, ia meminta agar Presiden bicara lebih tegas dan halus mengingat Presiden mengatakan Pace dan Mace merupakan bahasa yang kasar bagi masyarakat Papua.
"Jangan sederhanakan masalah Papua, Presiden bicara tidak tegas, Pace Mace itu bahasa kasar bagi Papua, itu bicara di para-para adat, tidak bisa bicara di depan umum meminta maaf seperti itu," keluhnya.
Tak hanya itu, Lukas Enembe menjelaskan bahwa persoalan rasisme tidak bisa diselesaikan dengan permintaan maaf saja.
"Jadi Ibu Khofifah sudah sampaikan permohonan maaf, tapi tidak sesederhana itu, masalahnya saja kita belum tahu," katanya.
• Khofifah Akan Bangun Asrama Mahasiswa Nusantara, Lenis Kogoya:Kita Ingin Bu Khofifah Jadi Mama Papua
• Serangan Balik 3 Pasal Sekaligus, Hotman Paris: Lu Semua Sudah Gue Laporin, Tunggu Tanggal Mainnya!
• Debat Maruar Sirait Soal Pemindahan Ibu Kota, Rocky Gerung: Biografi Jokowi dari Ngibul ke Asbun
Rupanya rasisme tidak hanya terjadi di Jawa Timur, namun Lukas Enembe menerangkan bahwa rasisme terhadap Papua juga sering terjadi di Makassar.
"Jadi kejadian seperti ini juga terjadi di Makassar, Pak Jusuf Kalla kasih tahu warganya di Makassar, jadi jangan bicara sederhanakan, kasih tahu juga Pak Ngabalin di situ, mereka serbu juga asrama kita di Makassar," katanya.
Pernyataan Gubernur Papua itu pun memantik reaksi Ali Mochtar Ngabalin.
Ali Mochtar Ngabalin menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang menganggap kasus ini sepele, apalagi Presiden Jokowi.
"Bapak presiden menyampaikan keprihatinan yang dalam, tidak pernah ada orang yang menganggap kasus ini sepele, eskalasi massa seperti itu dan membicarakan Papua itu dari dulu sampai sekarang, Papua itu tidak ada Republik Indonesia kalau tidak ada Papua, Papua itu adalah tonggak dari republik ini," jelas Ali Mochtar Ngabalin.
Menurut Ali Mochtar Ngabalin, dirinya sebagai anak Papua mengaku sering bicara dengan Gubernur Sulsel, kapolda dan para wali kotanya.
"Kira orang ini tinggal di Asrama Kamasan Makassar, jadi kita orang kasih tahu bahwa presiden menyampaikan keprihatinan yang dalam, tapi dalam menyikapi masalah secepat itu tentu mengharapkan banyak kepada gubernur, wagub yang merupakan representasi pemerintah pusat yang ada di daerah, kapolda dan panglima," jelas Ali Mochtar Ngabalin.
Ia juga menegaskan kalau masalah rasisme ini tidak boleh dianggap sepele.
• Soal Pemindahan Ibu Kota, Ridwan Saidi: Pindah Aja Buruan Kalau Bisa Besok Beduk Subuh Udah Pindah!
• Jokowi Sebut 3 Wilayah Ini Cocok Sebagai Calon Ibu Kota Baru, Lokasi Manakah Pilihan Presiden?
• Kemarahan Nia Ramadhani pada Marshanda Saat Syuting Sinetron Bidadari, Gue Enek Lo Peran Utamanya
Tak hanya itu, ia juga mengaku dulu pernah mendengar kalimat rasis seperti itu saat ia masih kuliah.