Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Riuhnya Wisatawan Lihat Pawai Sengkala Sambut Suro di Gunung Kawi Malang, Terpana Bakar Ogoh-ogoh

Riuhnya Wisatawan Lihat Pawai Sengkala Sambut Suro di Gunung Kawi Malang, Terpana Bakar Ogoh-ogoh.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Sudarma Adi
SURYA/ERWIN WICAKSONO
Suasana 1 Muharram atau Suro di Pesarean Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, sudah dipadati para peziarah dan wisatawan sedari pagi, Minggu (1/9/2019). 

Riuhnya Wisatawan Lihat Pawai Sengkala Sambut Suro di Gunung Kawi Malang, Terpana Bakar Ogoh-ogoh

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pesarean Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, sudah dipadati para peziarah dan wisatawan sedari pagi, Minggu (1/9/2019).

Khalayak dari berbagai generasi usia dan gender membaur menjadi satu berjalan menuju arah pesarean.

Para pedagang di sana turut meraup berkah atas melubernya jumlah kunjungan wisata di Pesarean Gunung Kawi.

Pakai Ritual Kartu ATM Ditaburi Bunga ke dalam Plastik, Emak-emak dari Malang Gasak Uang Rp 52 Juta

Puluhan Peserta Ikuti Ujian Profesi Advokat di Malang, Peradi Jamin Tak Ada Titipan

Kabupaten Malang Dilanda Kekeringan, ACT Distribusikan 5 Mobil Tangki Air Bersih

Membludaknya kunjungan di Pesarean Gunung Kawi karena mereka ingin menyaksikan pawai sengkala peringatan 1 Muharram atau Suro.

Pengunjung dibuat terpana dengan keberadaan ogoh-ogoh.

Bentuknya macam-macam. Ada ogoh-ogoh berbentuk kuda, buto, garuda, dan tokoh pewayangan.

Di depan ogoh-ogoh, para penari tunjukkan keindahan tarian. Serasi dengan harum semerbak dupa yang tercium sepanjang hari.

Ternyata, setiap kelompok merupakan bagian dari 14 RW di Desa Wonosari.

Tariannya beragam. Mulai dari tari Jawa, Bali hingga kesenian Banjari.

"Butuh waktu satu bulan untuk merangkai konsep ogoh-ogoh ini," ungkap Hendro warga setempat.

Puncak kemeriahan Gebyar Suro Pesarean Gunung Kawi terletak pada pembakaran sengkala.

Pembakaran dilakukan di pelataran Tribun Gunung Kawi.

Masyarakat yang sudah menanti sejak pagi hari dibuat tak sabar dengan atraksi yang melibatkan pembakaran ogoh-ogoh berbentuk buto nan sangar.

Maknanya, buto sengkala itu dibakar sebagai representasi penghapusan nafsu angkara murka dan segala sifat buruk dalam diri.

Dengan harapan, hanya menyisakan sifat baik yang juga membawa menuju kehidupan lebih bermanfaat.

Plt Bupati Malang Sanusi menerangkan prosesi adat di Gunung Kawi harus tetap lestari. Sanusi memuji masyarakat yang masih merawat tradisi hingga kink

"Ini merupakan agenda nasional. Saya ingin para generasi muds melestarikan budaya kawi yang sudah menasional," ujar Sanusi.

Sanusi bernasehat, agar para pengelola pariwisata bisa membuat pengunjung senyaman mungkin. Untuk itu peningkatan kualitas SDM menurutnya harus digalakkan.

"Nanti melalui dinas pariwisata untuk mengedukasi masyrakat agar berperilaku sopan kepada semua  wisatawan dan juga membuat wisatawan yang datang kesini ini nyaman. Sehingga nanti kembali lagi," ungkap Sanusi.

Menanggapi permintaan Sanusi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara menerangkan, sudah melakukan berbagai macam sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan para pelaku usaha pariwisata.

"Sudah berkali-kali kami lakukan sosialisasi, seminar dan sertifikasi kepada pengelola tempat wisata. Di Kabupaten Malang menunjukkan tak hanya wisata alam. Namun, lengkap dengan wisata budayanya," jelas Made

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved