Cerita Sukses Usaha 'Nasi Cimol' Kota Batu, Owner Tidak Punya Hutang
Isna Hidayati Efendi bersama suaminya membuktikan, modal besar bukan jadi keharusan untuk memulai sebuah usaha di Kota Batu
Penulis: Benni Indo | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Perlahan namun pasti, Nasi Cimol mulai mendapatkan pelanggan. Mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Bahkan, konsumen sudah mengantri terlebih dahulu sebelum Isna dan Angga tiba di lokasi.
Dengan semakin banyaknya pelanggan, Isna memutuskan untuk menjual produknya setiap hari.
(Rayakan Hari Santri Nasional, Pemkot Malang Gelar Bazar Wisata Halal Sajikan Olahan Produk UMKM)
Harganya Rp 6000 per porsi. Lebih murah dari produk lainnya yang rata-rata mematok harga Rp 8000.
Isna juga menitipkan produknya ke beberapa sekolah yang ada di Kota Batu. Meskipun sejak awal ditolak di beberapa kantin sekolah, namun kini produknya banyak digemari.
Dengan cara itu, biaya produksi yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.
Uang hasil keuntungan kemudian dimasukkan lagi ke dalam anggaran modal untuk menggerakkan usaha.
Itulah sebabnya hingga saat ini ia tidak memiliki hutang.
Menjelang akhir 2015, konsumennya semakin banyak. Produknya laku keras di pasaran. Isna pun membuka jaringan ke ibu-ibu yang rumahnya di pinggir jalan.
“Saya terus kerja sama dengan ibu-ibu yang berminat punya tempat di pinggir jalan. Akhirnya ada gerai-gerai kecil. Dengan begitu, sudah ada tempat sudah dan tenaga. Bagi hasilnya 10 persen. Namun risiko tetap pada kami,” jelasnya.
Kini sudah ada 9 gerai yang bekerjasama dengan Isna. Selain itu juga ada enam mitra sekolah dan seorang karyawan yang berjualan keliling.
Kini, dalam sehari bisa sampai puluhan porsi terjual. Di sekolah-sekolah, bahkan pernah sampai 80 bungkus terjual dalam sehari. Dalam dua bulan terakhir, Isna bisa memproduksi hingga 500 bungkus.
(Dukung Pengembangan Kualitas Produk Khas Jatim, Universitas Surabaya Siap Jadi UMKM Center)
“Kelemahan kami saat libur sekolah, paling sedikit sekali malah saat puasa. Namun produk kami sering dipesan ketika upacara, karnaval, outing class, bekal rekreasi, atau saat program nutrisi di sekolah,” terangnya.
Isna sendiri merupakan lulusan sarjana pendidikan Agama Islam atau Tarbiyah dari UMM. Meski begitu, ia sedari awal mememang memiliki keinginan untuk menjdi pengusaha.
“Saya tetap ingin jadi guru, tapi saya ingin besar dulu. Kalau aku sudah besar, bebas finansial, saya tetap akan ngajar tanpa harus memikirkan besaran gaji. Kita tahu sendiri, gaji guru seperti apa,” terang mantan aktivis pers kampus Bestari ini.
Isna mengajak, agar setiap rencana usaha harus segera dieksekusi. Berdasar pengalamannya, dengan modal yang kecil pun bisa.
Isna telah menjalankan usahanya tanpa hutang, bahkan dengan omset yang besar.
Reporter: Surya/Benni Indo
(Rayakan Hari Santri Nasional, Pemkot Malang Gelar Bazar Wisata Halal Sajikan Olahan Produk UMKM)