Kunjungan Intercultural Student Camp UKWMS ke Ponpes Tebuireng, Perkuat Toleransi Antar Agama
Kunjungan Intercultural Student Camp UKWMS ke Ponpes Tebuireng, Perkuat Toleransi Antar Agama.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Sudarma Adi
Kunjungan Intercultural Student Camp UKWMS ke Ponpes Tebuireng, Perkuat Toleransi Antar Agama
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kunjungan Intercultural Student Camp APTIK-Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya di Ponpes Tebuireng ditujukan untuk memperkuat toleransi antar agama.
Kegiatan ini diisi dengan diskusi bertemakan 'Tantangan Millenial Mewujudkan Peradaban Kasih'.
Kepala Ponpes Tebuireng Ustaz Iskandar mengatakan pihaknya sangat terbuka kepada semua orang yang berkunjung ke pesantren.
• UK Widya Mandala bersama 22 Mahasiswa Asing Praktik Kelola Limbah Minyak Jelantah untuk Biodisel
• Mahasiswi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kembangkan Bio Plastik Anti Bakteri
• Mahasiswa UK Widya Mandala Surabaya Ubah Buah Bit Jadi Gel Tabir Surya, Kaya Antioksidan Lho!
"Pesantren sangat terbuka, beberapa tamu kita beda iman. Toleransi, semua hal yang terkait dengan hubungan masyarakat. Bukan hanya satu rumpun, satu agama, tapi siapapun yang hadir dan berkunjung kita jamin keseluruhan," kata Iskandar di Ponpes Tebuireng, Jumat (1/11/2019).
Diakui Iskandar, bukan pertama kali Pondok Pesantren Tebuireng menerima tamu dari perkumpulan agama yang berbeda-beda.
"Jadi kalian sekalian bukan yang pertama datang ke sini, bahkan calon pastor se-Asia Tenggara pernah mondok disini 15 hari. Kita terima dengan baik, kita perlakukan dengan baik. Kami berharap itu menjadi kesan baik," kata Iskandar.
Oleh sebab itu, Iskandar menuturkan pentingnya saling menghormati antar manusia.
"Kami mengajak saling menghormati, karena pada dasarnya ajaran di dalam agama kami perbedaan itu sudah dikehendaki Allah. Allah Menciptakan manusia dengan berbagai agama dan keyakinan sehingga kami diajarkan sikap menghormati, kerjasama dalam hal yang ditentukan," paparnya.
Sementara itu, Kepala sekolah MA Salafiyah Syafi'iyah Tebuireng Achmad Roziqi turut menambahkan, sesuai tema diskusi tantangan millenial untuk mewujudkan peradaban kasih atau yang ia sebut Rahmatan Lil Alamin adalah menjalin kedamaian antar umat beragama.
"Agama itu didatangkan untuk menentramkan bukan kekacauan, agama punya fitrah. Pondok Pesantren Tebuireng ini didirikan oleh KH Hasyim Asyari yang menerima pancasila sebagai asa negara kita untuk pertama kali. Bangsa ini dibangun atas dasar keberagaman dan perbedaan" kata dia.
Satu diantara pentingnya menjaga kedamaian antar umat beragama adalah tidak mudah terpengaruh informasi hoax.
"Hoax menjadi tantangan kita, sabar ga jari-jari kita meng-like, replay, forward informasi yang belum kita ketahui kebenarannya. Banyak korban hoax," kata dia.
Roziki berpesan kepada generasi millenial terutama mahasiswa untuk dapat menyaring dan mengklarifikasi informasi.
Informasi yang didapatkan perlu dikonfirmasi supaya tidak termakan hoax yang dapat menimbulkan persoalan dan kericuhan.
"Kalau kita tidak mengambil spirit dengan benar kita akan terpecah terus. Tantangan kita ayok jernih menggunakan media. Tidak perlu menyudutkan, nanti jadinya tersinggung. Kita klarifikasi dulu," tutup Roziqi.