Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ratusan Tanaman Jagung di 5 Kecamatan Tulungagung Diserang Ulat 'Impor', Cegah Lewat Tanam Serempak

Ratusan Tanaman Jagung di 5 Kecamatan Tulungagung Diserang Ulat 'Impor', Cegah Lewat Tanam Serempak.

Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
sanbi.org
Ulat spodoptera frugiperda alias Fall Armyworm atau ulat tentara 

Ratusan Tanaman Jagung di 5 Kecamatan Tulungagung Diserang Ulat 'Impor', Cegah Lewat Tanam Serempak

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Ulat jenis spodoptera frugiperda alias Fall Armyworm atau ulat tentara mulai menyerang tanaman jagung di Kabupaten Tulungagung.

Ulat ini diketahui sebagai baru yang berasal dari Amerika Serikat.

Bentuknya mirip ulat grayak, dengan ciri khas garis lateral yang lebih jelas, dan ada pola bentuk huruf Y terbalik di kepala.

Ulat ini memakan pangkal tumbuh daun jagung muda, sehingga mengakikatkan kerusakan tanaman.

Seorang ASN Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Pencurian Sonokeling Tulungagung

Kasus Kucing Diduga Dicekoki Ciu Naik Penyidikan, Polres Tulungagung Akan Eskpose Bersama Kejaksaan

Bentang Merah Putih Sepanjang 814 Meter Mewarnai HUT ke-814 Kabupaten Tulungagung

“Yang dimakan titik tumbuh daun bagian atas tanaman, sehingga jagung tidak bisa memroduksi daun baru,” terang Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Dinas Pertanian Tulungagung, Gatot Rahayu.

Lanjut Gatot, serangan hama yang mendapat sebutan ulat tentara ini baru terjadi di tahun 2019.

Tahun-tahun sebelumnya ulat ini tidak pernah terdeteksi di wilayah Kabupaten Tulungagung.

Dinas Pertanian sudah mendapat laporan serangan ulat ini dari petani, sejak Maret 2019.

“Sebenarnya membasmi hama ini dengan cara dipithes (dimatikan), tidak usah pakai pestisida. Cukup pencet dengan jari sampai pecah, atau kalau jijik bisa digunting,” sambung Gatot.

Namun cara yang lebih efekti adalah dengan mengondisikan ekosistem.

Predator alami ulat ini, seperti burung dijaga tetap lestari.

Diakui Gatot, perkembangan ulat tentara dipicu pola tanam yang tidak serempak.

Jika ada petani yang menanam jagung secara terus-terusan, maka sama saja membiarkan ulat ini terus berkembang.

Ketersediaan tanaman jagung secara terus-menerus, sama artinya menyediakan makanan untuk ulat ini.

“Makanya harus menanam serempak, kemudian ada jeda untuk memutus siklus perkembangbiakan ulat ini,” tegas Gatot.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved