Tiga Atap Kelas MIN 1 Pasuruan Ambruk
Tiga Atap Kelas di MIN 1 Pasuruan Ambruk, Respons Kepsek: Kami Kosongkan Kelas Karena Plafon Retak
Kasek menyebutkan, tiga kelas ini dibangun pada tahun 1996 dan tidak pernah direnovasi sama sekali, kecuali pengecatan sudah dilakukan beberapa kali.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) I Pasuruan di Desa Gununggangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Abdul Mu'id mengaku, sebelum kejadian ambruknya tiga atap kelas ini, pihak sekolah sudah takut dan khawatir.
Abdul Mu'id mengatakan, tiga kelas yang terdiri dari kelas II C, II D, III ini sudah dikosongkan sejak 20 Desember 2019.
Alasannya, karena pihak sekolah menilai ada yang tidak beres dengan bangunan ini.
Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) I Pasuruan menyebutkan, tiga kelas ini dibangun pada tahun 1996 dan tidak pernah direnovasi sama sekali, kecuali pengecatan yang sudah dilakukan beberapa kali.
• KRONOLOGI Ambruknya Tiga Atap Kelas di MIN 1 Pasuruan, Kepsek Sudah Curiga Sejak Dengar Suara Bruk
• Tetap Berseragam Persebaya, Irfan Jaya Akui Dapat Banyak Tekanan Usai Batal Gabung PSM Makassar
Sejak saat itu, kelas sudah kosong.
Adapun pada tanggal 21 Desember 2019, anak-anak sudah libur sekolah pasca ujian semester.
Kemudian, pada tanggal 2 Januari 2020, anak-anak sudah tidak belajar di kelas itu.
• Modus Investasi Bodong PT Kam and Kam Raup 750 Miliar, Polda Jatim Dalami Tim IT Aplikasi MeMiles
• Neko Kepo Kafe Pertama di Surabaya untuk Kamu yang Cinta Kucing

"Anak - anak sudah pindah di kelas yang baru dibangun. Ada sebagian yang sudah dipindahkan ke gazebo belajar mengajarnya," urai Abdul Mu'id.
Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) I Pasuruan juga menegaskan, pihak sekolah sudah mewanti-wanti atau memperingatkan anak didik untuk tidak bermain atau melakukan kegiatan apapun di dekat tiga kelas ini.
"Kami juga pasang tali rafia di area tiga kelas ini. Tali rafia itu sebagai tanda bahwa tiga kelas sudah tidak digunakan dan siapapun dilarang mendekat ke sana," jelasnya.
Menurut Abdul Mu'id, setelah liburan, plafon di masing - masing kelas ini ambrol atau jatuh ke lantai.
Di sisi lain, banyak rayap kayu di atas plafon yang jatuh itu.
Dugaan sekolah, kayu penyangga plafon dan atap kelas ini sudah lapuk karena faktor usia dan rayap yang ada.
• Curanmor di Kota Malang, Pelaku Lancar Utak-atik Lubang Kunci Motor, Honda Beat Raib di Parkiran
• Edarkan Sabu, Kakek 66 Tahun Ditangkap Polisi, Kamar Kos di Surabaya Jadi Lokasi Transaksi

"Sejak saat itu, kami rapat dengan komite dan pimpinan kami untuk segera merenovasi bangunan tiga kelas ini sebelum terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Ternyata, rencana kami kalah cepat dengan takdir," jelasnya.
Menurut Abdul Mu'id, pihak sekolah sebelumnya sudah menggelar rapat bersama komite beberapa kali setelah memutuskan pengosongan tiga kelas.