Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Hijaukan Kembali Lahan Kritis, Pemprov Jatim akan Tabur Benih dari Udara

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Jawa Timur Dewi Putriatni tengah menyiapkan teknis tabur benih dari udara di sejumlah area lahan kritis di Jawa Timur.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Elma Gloria Stevani
www.nycwatershed.org.
Ilustrasi. Tabur benih lewat udara (aerial seeding/aeroseeding) sebagai langkah alternatif menghijaukan kembali lahan kritis. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Jawa Timur Dewi Putriatni tengah menyiapkan teknis tabur benih dari udara di sejumlah area lahan kritis di Jawa Timur menindaklanjuti perintah dari Gubernur Khofifah Indar Parawansa.

Upaya ini dilakukan sebagai langkah penghijauan kembali hutan pasca terjadi kebakaran yang menyebabkan lahan gundul dan diikuti oleh banjir bandang di sejumlah daerah di Jawa Timur seperti Jember dan Situbondo beberapa waktu lalu.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas lahan yang terbakar di Jawa Timur seluas 2019 23.655 hektar.

Soal Nasib Penghina Risma Setelah Gelar Perkara Rampung, Begini Jawaban Polrestabes Surabaya

Maling Obok-obok 2 Tempat Kos di Tuban, HP hingga Uang Rp 4 Juta Raib, Polisi Sebut Pelaku Sama

Resmi Diperkenalkan di Royal Plaza Surabaya, Ini Update Harga Lengkap All New Honda BeAT 2020

Dewi Putriatniv menuturkan, sebelum melakukan tabur benih dari udara salah satu langkah penting yang dilakukan terlebih dahulu adalah menyiapkan tim teknis.

Tim ini nantinya akan menentukan pemetaan tabur benih di lahan kritis dengan mempertimbangkan sejumlah faktor salah satunya adalah ketinggian area dan kecocokan benih tanaman agar bisa tumbuh subur pada zona tertentu.

"Memang tidak bisa sembarangan. Jadi zonasi tertentu itu cocok untuk benih apa? Semua ada di peta zonasi itu," ujar Dewi, Selasa (11/2/2020).

Dewi mencontohkan benih buni dan beringin misalnya yang mampu tumbuh di ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kemudian benih Makadamia yang bisa tumbuh di atas 0-1.100 mdpl, dan asam 0-1.500 mdpl.

Sebelum disebar, Dewi Putriatni menjelaskan, bahwa cangkang dari benih harus dipecahkan terlebih dahulu dengan merendam biji di air panas lalu didinginkan dan diulangi hingga cangkang pecah.

Setelah itu benih harus disemai terlebih dahulu hingga berkecambah baru lah mulai disebar.

Proses ini perlu dilakukan uji daya kecambah termasuk ketahanan terhadap air dan sebagainya dari masing-masing benih yang akan disemai.

Motif Pria Surabaya Curi Motor hingga Babak Belur Dihajar Warga Tambaksari, Gara-gara Butuh Uang

Diskotek Pentagon Dirusak Ratusan Orang Tak Dikenal, Pagar Halaman Ambruk dan Dinding Kaca Berlubang

"Itu harus diuji di lab, dan harus ada SNI yang diikuti. Supaya nanti ketika disemai, hasilnya bisa maksimal dan tidak sia-sia," tuturnya.

Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan upaya tabur benih dari udara. Mengingat tingkat keberhasilannya di bawah 10 persen.

Karena benih yang disebar sangat memungkinkan tidak sesuai tempat tumbuh, dimakan satwa, hanyut terbawa air, tidak mencapai tanah dan sebagainya.

Selain itu Dewi Putriatni memperhatikan harga benih yang relatif mahal seperti benih Makadamia, selain itu ongkos pesawat untuk menyebar benih juga mahal. 

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti

Editor: Elma Gloria Stevani

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved