Virus Corona di Tulungagung
Cerita Perajin Thethek Molek Penolak Pagebluk, Ketika Wabah Corona Justru Jadi Berkah, Banjir Order
Inilah cerita perajin thethek molek penolak pagebluk ketika wabah Corona justru jadi berkah.
Penulis: David Yohanes | Editor: Arie Noer Rachmawati
Pesanan awal satu pikap berisi 250 bongkok, dengan harga per bongkok Rp 4000.
“Harga Rp 4000 itu campuran antara yang besar dan yang kecil. Pesanan awal habis Rp 1.000.000,” tuturnya.
Karena banyaknya pesanan, Sutrisno mempekerjakan para pemuda di sekitar rumahnya.
Berbahan dasar cat minyak, setiap orang diberi keleluasaan untuk membuat karakter sesuai imajinasinya.
Dengan satu catatan, karakter yang dibuat harus seseram mungkin.
Bukan hanya wajah buto atau raksasa, ada pula lukisan karakter kartun seperti Doraemon.

Namun karena dipakai untuk tolap pagebluk, karakter asal Jepang ini dimodifikasi dengan gigi taring yang membuatnya lebih menakutkan.
“Sekarang kami sedang mengerjakan satu pikap bongkok pesanan yang ke-2. Jadi yang satu pikap kemarin sudah habis terjual semua,” ujarnya.
Satu thethek molek dijual seharga Rp 15.000 hingga Rp 30.000, sesuai ukuran dan kerumitan lukisan.
• UPDATE CORONA di Nganjuk Senin 6 April, Positif Covid-19 Jadi 5 Orang, 11.379 Warga Berstatus ODR
Jika dikurangi biaya produksi, dari satu thethek molek yang terjual Sutrisno mendapat keuntungan Rp 5000.
Sekarang ada tujuh pemuda sekitar yang ikut mengerjakan pesanan.
Rata-rata mereka adalah warga yang terpengaruh dengan merebaknya virus Corona.
• VIRAL VIDEO Aksi Nyeleneh Warga saat Lockdown Corona, Nekat Nyamar Jadi Tanaman Demi Keluar Rumah
Seperti halnya Sutrisno yang kesehariannya bekerja mengoperasikan mesin pemecah batu miliknya.
Selama pandemi virus Corona, pendapatan Sutrisno berkurang karena jumlah order mengalami penyusutan drastis.
“Selama ada pesanan kami akan terus membuat thethek molek. Dari pada tidak ada kegiatan selama Corona,” tandasnya.