Virus Corona di Surabaya
Cerita Pilu Pengusaha Travel saat Corona Melanda, Bisnis Mandek, 'Banting Setir' Jual Cireng-Warkop
Pengusaha travel di Surabaya banting setir menjual cireng dan buka warkop lantaran bisnis travelnya mati suri gara-gara Corona.
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pandemi Corona atau Covid-19 dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya, di bidang pariwisata.
Dengan tidak adanya pemasukan, Nardianto (40), pemilik travel With Me Travel Surabaya, banting setir dengan berjualan warung kopi beserta cemilan, di rumahnya, Jalan Kedung Tarukan, Surabaya.
Sejak wabah Corona masuk di Indonesia, Nardianto mengaku, tidak ada masyarakat yang menggunakan jasanya untuk liburan.
• Pengusaha Rental Mobil Menjerit Gegara Corona, Omzet Anjlok, Relaksasi Kredit Masih Jadi Beban
Alhasil, travel yang didirikan pada 2004 tersebut tidak ada pemasukan bagi 10 pegawainya.
Sebelum adanya pandemi Corona ini, pelayanan rata-rata per bulan dua atau tiga trip.
Terkadang, With Me Travel bisa menerima empat sampai lima trip per tahun.
Mulai dari pelayanan sales call, tour, dan carteran dengan keuntungan mencapai Rp 2 sampai Rp 3 juta per trip.
• Nasib Ferdian Paleka Pasca Ditelanjangi & Dibully Tahanan Lain, Orangtua Minta Penangguhan Penahanan
• Istri Kedua Didi Kempot Yan Vellia Blak-blakan soal Pernikahan, Waktu Nikah hingga Pertemuan Pertama
"With Me Travel ini saya kelola secara mandiri. Dengan dibantu pegawai freelance seperti bagian pemasaran, tour leader, dan driver," ujarnya, Minggu sore (10/5/2020).
Travel tersebut mempunyai armada minibus sebanyak 5 buah, Elf 3 buah, dan beberapa armada bus.
Semua kendaraan tersebut adalah hasil kerjasama serta bagi keuntungan, antara pemilik kendaraan dan PO Bus dengan Nardianto.
Nardianto juga menyebutkan, kondisi travelnya menjadi lumpuh pada Maret yang lalu.
• Bocah SD di Blitar Melahirkan Bayi dari Pamannya, Saat Hamil Besar Tetap Sekolah: Warga Tak Berani
Jumlah pelayanan yang dibatalkan mencapai 9 trip per bulan. Baik dari perjalanan antar pulau, maupun perjalanan antar kota dan antar provinsi.
"Rugi puluhan juta. Sudah terlanjur booking hotel. Ada yang minta refund. Tetapi tidak bisa 100 persen. Itu karena konsumen paranoid. Di samping itu juga mulai diberlakukan lockdown," imbuhnya.
Pasca travelnya mengalami mati suri, Nardianto sempat mendengar kabar dari pengusaha sesama travel, untuk meminta bantuan kepada pemerintah pusat.
Akan tetapi, lanjut Nardianto, sampai saat ini ia belum mendengar kelanjutan kabar itu.
• Kondisi Terkini Makam Didi Kempot Terkuak, Tak Pernah Sepi, Pertanyaan Anak Begitu Pilu: Papa Dimana