Virus Corona di Jawa Timur
Ada Klaster Baru dari Tenaga Kesehatan, Jatim Tambah 502 Kasus Positif Covid-19 pada Kamis 21 Mei
Ada tambahan klaster baru dari klaster salah satu rumah sakit di Surabaya. Di mana ada sejumlah tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fatimatuz Zahroh
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dari tambahan 502 kasus baru terkonfirmasi positif virus Corona atau Covid-19 di Jawa Timur pada Kamis (21/5/2020), Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Kohar Hari Santoso, mengatakan, mayoritas adalah dari klaster yang sudah ada.
Namun, ada juga tambahan klaster baru dari klaster salah satu rumah sakit di Surabaya. Di mana ada sejumlah tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19.
"Mayoritas memang tambahan barunya dari klaster yang sudah ada. Yang baru ada klaster dari salah satu rumah sakit, yang positif sebanyak 20 orang. Sebanyak 12 di antaranya adalah dari tenaga kesehatan. Empat orang di antaranya dokter, dan tiga di antaranya adalah 3 dokter spesialis," kata Kohar Hari Santoso.
Dikatakan Kohar Hari Santoso, para tenaga kesehatan tersebut mayoritas tidak melakukan penanganan pada pasien Covid-19. Melainkan memberikan pelayanan di tempat lain.
Selain dari klaster rumah sakit, dikatakan Kohar Hari Santoso yang juga menjadi penambah kasus baru adalah warga yang seusai melakukan perjalanan luar negeri sebanyak 12 orang.
• UPDATE CORONA di Jawa Timur Kamis 21 Mei, Bertambah 502 Pasien Positif, Surabaya Sumbang 311 Kasus
• Sesuai Imbauan MUI, Bupati Sanusi Minta Warga Malang Laksanakan Salat Idulfitri di Rumah
Kemudian juga ada beberapa yang seusai melakukan perjalanan dari dan ke wilayah di Jawa Timur.
Lebih lanjut dikatakan Kohar Hari Santoso, tambahan kasus positif Covid-19 hari ini adalah tambahan kasus terbanyak dalam musim pandemi di Jawa Timur.
Di sisi lain, Ketua Tim Kuratif, Joni Wahyuhadi mengatakan, menurutnya menjadi warning adalah tambahan kasus dari orang tanpa gejala (OTG) dan orang dalam pemantauan (ODP) yang menjadi potensi penularan berikutnya.
"Yang OTG ini mayoritas adalah mereka yang secara mandiri mengajukan tes PCR ke rumah sakit. Kemudian ternyata swabnya positif, padahal mereka tidak dirawat di rumah sakit," kata Joni Wahyuhadi.
• Komunitas Lintas Iman Jawa Timur dan Pengusaha Peduli NKRI Bagikan Sumbangan Paket Buka Puasa
• Telisik Viral Pria Jubah Putih Cekcok dengan Petugas PSBB, Polda Jatim Libatkan Digital Forensik
Jika tidak dirawat di rumah sakit maka dia tidak mengisolasi mandiri dan berpotensi menularkan ke orang lain.
Oleh sebab itu bagi OTG, ODP yang dinyatakan positif diharapkan agar segera melakukan isolasi mandiri atau memanfaatkan ruang observasi yang sudah disediakan pemerintah.
Editor: Dwi Prastika