Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM Kembangkan Padi 400 Bulir di Batangnya
Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM mengembangkan padi unggulan yang memiliki 400 bulir padi per batang, Selasa (16/6/2020).
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Taufiqur Rohman
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sylvianita Widyawati
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM mengembangkan padi unggulan yang memiliki 400 bulir padi per batang, Selasa (16/6/2020).
Saat uji perdananya sukses dan diberi nama UM2-400.
Padi varietas baru dengan kode UM2-400 ini merupakan silangan dari beberapa padi varietas lokal di Jawa Timur.
UM2-400 adalah varietas lokal yang dikembangkan FPP dengan menggunakan teknologi khusus.
Ini di dipelopori Dr Ir David Hermawan, Dr Ir Wahono serta mahasiswa.
• Surabaya Norh Quay Makin Cantik Seusai Renovasi, Dekorasi Hiasan Rotan & Kanopi Lebih Teduh
• Keinginan Terbesar M Hidayat Jelang Ultah Persebaya ke-93 Terkuak: Ingin Bawa Bajul Ijo Jawara Liga
Pada April lalu, varietas ini sudah panen perdana.
Dijelaskan, David, pembibitan benih x, pengolahan tanah seperti pupuk yang digunakan juga organik.
Untuk penyemprotannya memakai teknologi drone.
"Bibit yang dikembangkan aalah bibit unggul yang tahan hama. Batangnya juga kuat dan tahan angin," jelasnya.
Dikatakan, banyak terjadi gagal panen karena padi yang ambruk. Kini timnya akan mengembangkan 600 bulir juga 700 bulir.
• Jelang Hari Bhayangkara ke-74, Polres Pamekasan Gandeng PMI Gelar Donor Darah
• Optimis Diusung PKB Sebagai Calon Bupati, Kartika Hidayati Beber Kriteria Calon Pendampingnya
David juga menyampaikan untuk menghasilkan beras kualitas bagus, tak hanya diperlukan pembibitan yang baik.
Juga diperlukan pula pengolahan lahan dan pupuk yang bagus.
Untuk itu, digunakan pupuk cair serta pupuk kandang yang dibuat oleh para mahasiswa yang praktikum.
Beras varietas unggul ditanam di areal persawahan UMM yang ada di Desa Tegalgondo, Kabupaten Malang.
Karena bulirnya banyak di tiap batang, maka otomatis akan meningkat jumlah produk berasnya meski masa panennya sama 105 hari.
• Universitas Negeri Malang Dukung Penanganan Covid-19 di Banyuwangi
• Pesan Terakhir Dokter Madura Sebelum Meninggal karena Corona, Ortu-Anak-Istri Kena, Ini Realitas
Dikatakan, jika standar nasional 5,1 ton per hektare, jika memakai varietas ini bisa 12 ton per hektare dengan biaya produksi lebih murah, yaitu Rp 15 juta per hektare.
Sedang rata-rata pada pertanian konvensional rata-rata Rp 20 jutaan per hektare. Dharapkan, varietas ini bisa menunjang swasembada pangan.
“Kalau pemerintah mau, tidak perlu impor beras dan mengurangi devisa negara. Jadi, kita bisa menghasilkan produk produktivitas tinggi dan sehat karena tidak menggunakan pupuk kimia,” ungkap Ketua Pokja Ketahanan Pangan Kabupaten Malang itu.