Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pilkada Sidoarjo 2020

Berkunjung ke Intako Sidoarjo, BHS Disambati Para Perajin Tas

Bagi perajin tas di Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, dampak pandemi virus Corona atau Covid-19 jauh lebih buruk dibanding peristiwa lumpur lapindo.

Penulis: M Taufik | Editor: Yoni Iskandar
M Taufik/Surya
Bacabup Sidoarjo BHS saat berbincang dengan Ketua Koperasi Intako Makhbub Junaidi di sentra penjualan Intako, Sabtu (11/7/2020) 

 TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Bagi perajin tas di Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, dampak pandemi virus Corona atau Covid-19 jauh lebih buruk dibanding peristiwa lumpur lapindo.

Akibat lumpur, perajin kehilangan sekira 80 persen penjualan. Tapi karena virus Corona atau Covid-19, perajin kehilangan hampir semua penjualan.

Demikian kata Makhbub Junaidi, Ketua Koperasi Intako saat bertemu dengan bakal calon bupati (bacabup) Sidoarjo Bambang Haryo Soekartono (BHS) di koperasi perajin tas dan koper itu, Sabtu (11/7/2020).

"Penjualan di Intako ini contohnya. Jika biasa setiap bulan bisa tembus Rp 700 juta sampai Rp 900 juta, selama pandemi ini hanya sisa sekitar Rp 20 juta perbulan. Untuk bayar pegawai saja tidak cukup," keluh Junaidi.

Koperasi Intako punya 287 anggota, semua owner produsen tas dan koper. Setiap produsen rata-rata membawahi sekitar 10-50 UMKM perajin.

Curhat Nikita Mirzani ke Ayu Ting Ting Mimpi Konyol dengan Banyak Pria: Bangun Langsung ke Toilet!

Perbuatan Sadis Perkosa Bu Guru, Mayatnya Ditaruh Ember, Korban Sering Diintip Saat Mandi

Pedagang Hewan Kurban di Surabaya Mengeluh, Omzet Penjualan Turun Drastis

Hasil kerajinan mereka juga bukan hanya dipasarkan di Indonesia, sudah ke berbagai negara.

"Tapi selama berpuluh-puluh tahun, tidak ada standarisasi produk tas. Kami sudah berulang kali menyampaikan ini ke pemerintah," lanjut Juanidi kepada TribunJatim.com.

Selama ini, produsen tas di sana juga masih bergantung ke Cina. Karena hampir semua asesoris tas diimpor dari sana. Para perajin berharap, Sidoarjo atau Indonesia punya produsen asesoris berkualitas yang harganya bisa bersaing dengan Cina.

Keluhan serupa disampaikan Hj Ana. Produsen tas yang biasa kirim sampai ke 13 negara itu mengaku sama sekali tak bisa kerja selama pandemi.

"Barang menumpuk di rumah. Tidak bisa kirim," ujarnya.

Dia berharap, pemerintah bukan hanya memberi pelatihan. Tapi menempatkan ahli IT dan tim kreatif digital di Intako, agar sewaktu-waktu bisa membantu perajin memasarkan produknya lewat online.

"Untuk membantu pemasaran perajin, kami berharap pemerintah mengajak semua pegawainya pakai produk lokal. Dan jika ada pesanan seperti untuk jemaah haji dan sebagainya, mbok ya dikasihkan ke perajin atau UMKM saja ordernya. Kan itu sangat membantu," kata Wawan, juga perajin tas.

Menanggapi berbagai keluhan itu, BHS pun menyampaikan beberapa programnya. Seperti program pameran produk UMKM di bandara, terminal, dan sejumlah stasiun di Sidoarjo serta beberapa daerah lain.

"Pegawai negeri harusnya memberi contoh. Memanfaatkan produk UMKM lokal. Demikian halnya pemerintah. Termasuk mengajak perusahaan dan stake holder lain untuk lebih mengutamakan produk UMKM Sidoarjo," kata Bambang.

"Di Sidoarjo ada sekitar 14.000 orang ASN atau PNS. Kemudian asa sekitar 950 perusahaan besar dan kecil. Tentu akan sangat membantu UMKM ketika semua digerakkan untuk menggunakan produk lokal," tambahanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved