Kisah Pria di Malang Ingin Bumikan Kopi Nusantara, Jual Kopi Pinggir Jalan Pakai Sepeda, Harga Murah
Karenanya, ia membangun bisnis kopi pinggir jalan di Mergosono, Kota Malang. Bukan cafe, Andik memilih menjajakan kopi menggunakan sepeda angin.
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Andik Destanto, bertekad membumikan kopi nusantara.
Kopi, kata dia, harus bisa dirasakan semua kalangan tanpa pandang kelas sosial.
Karenanya, ia membangun bisnis kopi pinggir jalan di Mergosono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Bukan cafe, Andik memilih menjajakan kopi pakai sepeda angin.
• Pemilik Warung Kopi Heran Disebut Kenal Editor Metro TV Yodi Prabowo, Jawab Ini saat Dilihatkan Foto
• Cafe di Malang Tawarkan Sensasi Minum Kopi di Samping Rel Kereta Api
• Pit-Stop Tawarkan Sensasi Minum Kopi Keliling Gresik Naik Bus, Mau Coba? Bayarnya Rp 50 Ribuan!
“Kalau cafe pasti ada pintu. Nah pintu ini bagi saya adalah pembatas. Minum kopi itu tidak boleh ada batasan, bebas saja,” tutur Andik, Selasa (22/7/2020).
Bisnis kopi pinggir jalan milik Andik baru beroperasi pada Maret tahun ini. Namun, dia sudah menekuni dunia kopi sejak tiga tahun silam.
Di warung kopinya, dia menyediakan beberapa jenis kopi nusantara misalnya Aceh Gayo dan Bali Kintamani. Ada pula kopi asli Malang yakni Dampit dan Arjuno. Harganya pun murah, cuma Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu per gelas.
“Kenapa murah supaya tukang becak, tukang parkir, tukang sampah ini bisa merasakan kopi yang bener-bener kopi,” kata dia.
Soal penyajian tak lagi perlu diragukan. Andik sudah layaknya barista. Dia bisa menyeduh kopi memakai teknik press tanpa mesin. Keterampilannya itu diperoleh secara otodidak.
“Alat ada yang beli ada yang bikin sendiri,” ucapnya.
Andik bercerita perkenalannya dengan kopi nusantara berawal ketika dia berkunjung ke rumah kawannya. Kawannya mengenalkan Andik tentang cara menyeduh kopi.
Dari sana, Andik tertarik belajar sampai membuka warung kopi pinggir jalan.
“Teman saya ini nyeduh kopi sampai takarannya ditimbang, berapa airnya diukur. Nggak langsung tubruk gitu. Akhirnya saya tertarik,” ceritanya.
Dalam sehari, Andik bisa membuat 20 sampai 30 gelas kopi.
Pelanggannya pun tak sedikit. Mereka duduk berjajar di depan ruko yang tutup sembari menunggu pesanan kopi selesai dibuat.
Waktunya memang agak lama sebab Andik menjadi barista seorang diri.