Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona di Kediri

Permasalahan di Balik Pandemi Covid-19, Kandungan Klorin dan Mikroplastik Air Sungai Kediri Naik

Pada masa pandemi Covid-19, pemakaian hand sanitizer dan sabun cuci mengalami peningkatan. Kondisi itu berpengaruh pada kandungan klorin air sungai

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM/DIDIK MASHUDI
Pegiat Ecoton melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan mikroplastik dan klorin di perairan Sungai Brantas, Kota Kediri, Selasa (21/7/2020). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Didik Mashudi

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Pada masa pandemi virus Corona atau Covid-19, pemakaian hand sanitizer dan sabun cuci mengalami peningkatan.

Kondisi itu berpengaruh pada kandungan klorin air sungai yang juga meningkat.

"Rata-rata disinfektan mengandung klorin. Sedangkan zat klorin akan sangat mengganggu kondisi di perairan yang mengakibatkan mutasi genetik satwa yang ada di perairan," ungkap Andreas Agus Kristanto Nugroho, peneliti Ecoton saat meneliti kandungan air muara Sungai Kresek, Kota Kediri, Selasa (21/7/2020).

Dia mengatakan, peningkatan kandungan klorin disebabkan perilaku masyarakat yang semakin rajin cuci tangan dan memakai disinfektan.

Pengukuran kandungan klorin dilakukan dengan alat klorin meter.

Selain kandungan klorin, saat pandemi Covid-19 juga ada peningkatan kandungan mikroplastik di perairan sungai.

"Pada musim pandemi Covid-19, orang-orang suka pesan antar yang selalu dibungkus dengan plastik," jelasnya.

UPDATE CORONA di Kabupaten Kediri Selasa 21 Juli, Tambah 4 Positif, 7 Pasien Sembuh, Total 327 Kasus

Tingkatkan Imunitas Warga Kota Madiun, Maidi Bagikan 1 Ton Telur Rebus dan 1000 Susu Kaleng Gratis

Sedangkan pembungkus plastik yang menjadi kemasan makanan biasanya juga langsung dibuang bersama dengan sisa makanan.

Pada akhirnya, limbah plastik terbawa hanyut di sungai sehingga meningkatkan potensi mikroplastik.

Dikatakan, ada tiga bahaya utama dari mikroplastik terhadap manusia.

"Plastik yang mengandung bahan pelentur, salah satunya metalak bisa mengakibatkan gangguan sistem hormon di makhluk hidup," jelasnya.

Terhadap manusia juga mengakibatkan gangguan sistem hormon. Seperti menstruasi anak perempuan sekarang lebih cepat dibandingkan dengan orangtuanya.

Ecoton Khawatirkan Tumpukan Sampah Plastik di Tepi Sungai Brantas Driyorejo Bisa Jadi Bom Waktu

Pelatih Persik Kediri Sebut Pergantian Lima Pemain akan Lebih Maksimal dengan Water Break

"Tubuh si anak sudah membaca estrogennya yang diproduksi oleh tubuh sudah cukup untuk menstruasi," tambahnya.

Selain itu mikroplastik akan menjadi transporter yang akan mengikat bahan-bahan berbahaya di lingkungannya.

Jika berada di perairan akan mengikat seperti logam berat, deterjen, limbah industri, dan pestisida.

"Kalau mikroplastik menempel ke organisme seperti ikan, penumpang limbah berbahaya akan turun semua," ungkapnya.

Mikroplastik juga bisa sebagai vektor yang bisa ditempeli mikroba-mikroba dan bakteri, termasuk virus Covid-19 yang menempel di mikroplastik.

Sebelum Demo Tolak RUU HIP Kediri, Para Peserta Bakal Dirapid Test, Gugus Tugas: Cegah Klaster Baru

Damkar Tulungagung Minta Warga Selektif Laporkan Evakuasi Tawon Vespa, Khawatir Populasinya Punah

Diungkapkan, Ecoton juga melakukan edukasi menolak produk-produk sekali pakai.

Pada masa pandemi Covid-19, penggunaan plastik juga semakin tinggi.

Produk itu seperti sedotan, tas kresek, popok, minuman kemasan serta sasetan yang sulit didaur ulang dan tidak ada nilai ekonomisnya.

"Akibatnya produk plastik sekali pakai akan lebih banyak dibuang," jelasnya.

Sedangkan kepada produsen popok disarankan untuk membuat tempat penampungan sekaligus proses untuk hasil akhirnya. Karena popok sampah residu yang harus ada perlakuan khusus.

"Kami juga mendorong pemerintah untuk membatasi pemakaian plastik," ungkapnya.

Editor: Dwi Prastika

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved