Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Fetish Kain Jarik Mahasiswa Surabaya

Pandemi Picu Pelecehan Seksual Lewat Medsos Meningkat, Psikolog Klinis dan Forensik: Harus Bijak

Psikologi Klinis dan Forensik Layanan Psikologi Geofira sebut pandemi Covid-19 picu pelecehan seksual melalui media sosial meningkat. Dituntut bijak.

Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Hefty Suud
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Psikologi Klinis dan Forensik Layanan Psikologi Geofira, Riza Wahyuni, S.Psi, MSi, Psikolog. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Menyebarnya pandemi virus Corona ( Covid-19 ) dalam beberapa bulan terakhir ternyata memicu berbagai permasalahan.

Salah satunya, meningkatnya kasus pelecehan seksual melalui media sosial.

Sebab, selama pandemi, banyak aktivitas di rumah sepanjang hari membuat banyak orang tidak lepas dari ponsel atau smartphone mereka. 

Psikolog Klinis dan Forensik Komentari Fetish Kain Jarik Mahasiswa Surabaya, Masuk Gangguan Mental

Drama Wanita Ngaku Janda Berakhir Memalukan, Suami Muncul saat akan Nikah Lagi, Polisi Turun Tangan

"Sebelumnya sudah ada prediksi di awal pandemi kemarin bahwa kasus kriminal melalui media sosial akan meningkat, termasuk pelecehan seksual. Karena penggunaan smartphone selama di rumah saja akan mengalami peningkatan," kata Psikologi Klinis dan Forensik Layanan Psikologi Geofira, Riza Wahyuni, S.Psi, MSi, Psikolog.

Perempuan yang akrab disapa Riza ini menjelaskan, salah satu kasus yang tengah viral di media sosial yakni fetish kain jarik juga menyasar targetnya melalui media sosial.

"Ia (pelaku) juga mendapatkan korban dari media sosial kemudian menghubungi si korban dan melancarkan modusnya dengan dalih penelitian," ujarnya.

VIRAL Video Haru Curhat Anak Lihat Sosok Ibunya Muncul di Google Maps, Meninggal 4 Tahun Lalu: Kaget

RPH Kota Blitar Banjir Penyembelihan di Tengah Pandemi, Pemkot Beri Gratis Potong Hewan Kurban

Dalam kasus fetish kain jarik, si pelaku mengaku pada korban tengah menjalankan penelitian akademik mengenai respons emosi seseorang ketika barada dalam keadaan ditutup semua tubuhnya dan diikat.

Salah satu korbannya diminta untuk melakukan proses 'bungkus-membungkus' sendiri tanpa kehadiran pelaku. Pelaku hanya memantau lewat ponsel.

"Si korban ini kan tidak mengenal pelaku sebelumnya. Mereka berkenalan lewat platform media sosial. Kemudian disuruh praktik dan foto yang aneh-aneh," Riza mengatakan.

Melihat kondisi tersebut, penggunaan media sosial yang bijak dan berhati-hati terutama pada orang yang baru dikenal menjadi hal yang sangat krusial.

"Saya berpesan pada semua orang terutama anak muda supaya bijak bermedia sosial dan jangan mudah percaya pada orang yang baru dikenal. Karena media sosial ini bisa dikamuflase dengan mudah," jelas Riza.

Ia mnambahkan jika ada permintaan foto atau video yang tidak wajar dari siapapun jangan dituruti.

"Harus selektif. Bisa saja hal yang dianggap orang banyak itu biasa tapi bagi pelaku kejahatan seksual bisa jadi fetish mereka," tandasya.

Penulis: Melia Luthfi Husnika

Editor: Heftys Suud

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved