Tragedi Mencekam Suami & Istri Hamil Dirampok saat Subuh, Ancaman Senjata, Taruhkan Nyawa, 'Lenyap'
Tragedi mencekam suami istri hadapi perampok pernah menjadi sorotan. Pasalnya, wanita yang menjadi korban perampokan itu tengah hamil.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Januar
Empat orang merangsek ke dalam warungnya dan mengacungkan senjata api.
Tiada pilihan lain selain menyerah karena anak kembarnya digendong perampok.
• Ibu-ibu Desa Sekapuk Dirikan Dapur Mbok Inggih: Bangkit dari Keterpurukan Ekonomi Saat Pandemi
Kejadiannya saat itu Haryanti masih dalam keadaan terlelap.
Perampokan tersebut terjadi pada pukul 03.30 WIB.
Dia masih syok saat ditemui di warung semi agen miliknya, Jalan Pule, RT 08/04, Kelurahan Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (4/8/2020).
• Ruben Onsu Emosi Lihat Pria Pegang-pegang Sarwendah, Saya Bisa Ngasih Motor, Ayah Betrand: Buaya!
Haryanti menceritakan saat itu, ia masih dalam keadaan terlelap.
Hingga kemudian empat orang perampok mendobrak pintu.
Tanpa basa-basi, mereka langsung mengacungkan senjata api dan tajamnya ke Haryanti.
"Dua perampok lainnya di luar jaga motor dan mobil. Empat orang masuk ke dalam, saya langsung ditodong pistol dan dilarang untuk berteriak," ucap Haryanti.
• Cerita Mahasiswa UC Surabaya Keliling Dunia di Tengah Pandemi, Melihat Dunia Luar Lewat Baca Buku
Dalam kondisi ketakutan, ia semakin tertekan saat seorang perampok yang mengenakan masker, menggendong salah satu anak kembarnya yang masih berusia 1,5 tahun.
"Sambil gendong, dia nodongin pistol ke kepala anak saya yang masih balita. Saya pasrah, saya bilang ke mereka ambil saja semua asal, jangan apa-apain anak saya," tuturnya.
Uang senilai Rp 170 juta, 70 gram emas, 3 handphone dan berbungkus-bungkus rokok dibawa kabur pelaku.
• Kemiskinan Jadi Penyebab Stunting, Muhadjir: Keluarga Miskin Besanan, Lahirlah Keluarga Miskin Baru
Sebelum kabur, para perampok kemudian mengikat kaki dan tangan Haryanti beserta enam orang anaknya menggunakan kabel tis.
Mereka semua kemudian digiring ke dalam kamar tidur dan memerintahkan untuk tidak berteriak sebelum mereka pergi.
"Suami saya baru mau perjalanan pulang dari kampung. Jadi di rumah hanya ada saya, enam orang anak, dan empat orang pegawai. Pegawai saya pada tidur di belakang, enggak kedengeran ada ribut-ribut," kata Haryanti.