Electrifying Majestic Banyuwangi, Listrik sebagai Pengungkit Ekonomi Berbagai Segmen
Electrifying Majestic Banyuwangi merupakan program yang digagas PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur melalui UP3 Banyuwangi.
Penulis: Haorrahman | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Haorrahman
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Petani dengan electrifying agriculture, pedagang kaki lima (PKL) dengan electrifying lifestyle, hingga Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) di destinasi wisata, Electrifying Majestic Banyuwangi menjadikan listrik sebagai pengungkit ekonomi warga Banyuwangi di berbagai segmen.
Electrifying Majestic Banyuwangi merupakan program yang digagas PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur melalui UP3 Banyuwangi.
Ini sejalan dengan tema besar Pemkab Banyuwangi yang mengusung Majestic Banyuwangi, atau Kemegahan Banyuwangi.
Terdapat beberapa elemen dalam program Electrifying Majestic Banyuwangi.
Electrifying agriculture, electrifying lifestyle, Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU), dan Captive Power Acquisition (Caption).
Electrifying agriculture merupakan pengungkuit ekonomi petani buah naga. Melalui electrifying agriculture dengan program Listrik untuk Sang Naga, memberdayakan petani buah naga panen di luar musim.
Metode ini meminimalisir pemberian zat kimia pada penanaman buah naga yang justru menurunkan kualitas, namun meningkatan produksi dengan menambah masa panen.
Metode ini menggunakan “matahari buatan” yakni penerangan lampu LED pada pohon buah naga di malam hari.
Dalam kondisi normal, buah naga hanya mampu panen dua kali dalam satu tahun. Namun dengan menggunakan penerangan lampu di malam hari, bisa panen tiap bulan.
Tiap petani berbeda dalam menerapkan metode ini. Tergantung kemampuan modal tiap petani. Ada yang menggunakan lampu untuk tiap satu meter lahan. Ada pula yang menggunakan satu lampu untuk satu pohon. Lampu LED yang digunakan beragam, mulai 5 hingga 15 watt.
Namun rata-rata satu hektare kebun buah naga terdapat 5000 titik lampu untuk menyinari buah naga di malam hari. Penyinaran lampu buah naga ini, karena untuk memaksimalkan produktivitas pohon buah naga.
Pada malam hari ketika mendapat sinar “matahari buatan” terjadi proses satu kali penyerbukan buah naga. Itu membuat buah naga bisa panen tiap bulan.
Petani buah naga di Kecamatan Bangorejo Banyuwangi, Tarmijan, mengembangkan buah naga semi-organik. Selain menggunakan penerangan lampu, juga menggunakan perawatan tanah.
Tarmijan dan petani buah naga lainnya di kecamatan ini, memanfaatkan teknologi sederhana yang diberi nama SIPLO (Sistem Intensifikasi Potensi Lokal).