Electrifying Majestic Banyuwangi, Listrik sebagai Pengungkit Ekonomi Berbagai Segmen
Electrifying Majestic Banyuwangi merupakan program yang digagas PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur melalui UP3 Banyuwangi.
Penulis: Haorrahman | Editor: Dwi Prastika
Menggunakan alat yang berfungsi menambah ionisasi pada tanah melalui aliran listrik, sehingga unsur hara terserap maksimal oleh tanaman.
"Alatnya dialiri listrik, kemudian ujung kabel lainnya dimasukkan ke tanah yang basah untuk dialiri listrik," kata Tarmijan, Sabtu (29/8/2020).
Dengan teknologi electrifying agriculture ini, selain membuat buah naga berbuah tiap bulan juga menghasilkan buah naga dengan kandungan residu logam berat di bawah standar SNI yang sudah diuji di laboratorium. Ini membuat buah naga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Itu membuat pasar Tarmijan dan petani buah naga lainnya meningkat. Tidak hanya melayani pasar tradisional saja, buah naga mereka dikirim langsung ke supermarket dan toko-toko buah di Surabaya dan Jakarta.
“Berapa yang kami kirim pasti akan dibeli mereka, karena buah naga kami semi-organik,” kata Tarmijan.
Tarmijan mengakui biaya produksi dengan metode ini mencapai Rp 110 juta setahun, yang salah satunya diperuntukkan untuk biaya listrik yang rata-rata Rp 7 hingga Rp 8 juta tiap bulan.
Namun dalam satu tahun rata-rata Tarmijan bisa menghasilkan 24.000 kilogram buah naga tiap satu hektare. Sementara harga buah naga rata-rata Rp 15.000 per kilogram, sehingga bisa menghasilkan Rp 360 juta. Dengan demikian keuntungan bersih Tarmijan untuk satu hektare mencapai Rp 250 juta.
Sementara Tarmijan memiliki dua hektare lahan buah naga, sehingga keuntungan bersih Tarmijan mencapai Rp 500 juta. Itu bisa bertambah apabila harga buah naga naik seharga Rp 25-30 ribu per kg terutama pada bulan puasa dan Lebaran.
Saat ini program Listrik untuk Sang Naga hingga Juni 2020, telah tercatat dinikmati oleh 6618 petani. Dalam program ini PLN juga memberikan pelatihan, pendampingan, promosi, edukasi Kelistrikan dan Keselamatan Ketenagalistrikan dan Kesehatan Kerja (K2K3) ketenagalistrikan, standarisasi Instalasi Milik Pelanggan (IML) kebun buah naga hingga memberikan kemudahan layanan pasang baru bagi petani buah naga.
”Selain petani buah naga, terdapat 11.165 orang mendapat manfaat langsung dari program. Mulai tenaga kerja formal, tenaga kerja informal, distributor, pedagang kecil, swalayan (retail). Bahkan saat ini mulai tumbuh 30 home industry makanan olahan yang berasal dari buah naga di Banyuwangi,” kata General Manager PLN UID Jawa Timur, Nyoman S Astawa.
Meski mempermudah pemasangan listrik dan memberikan subsidi untuk petani buah naga, demi keamanan petani tetap harus melampirkan sertifikat laik operasi, surat izin usaha kecil dan menengah dari kecamatan.
Listrik untuk Pariwisata
Banyuwangi juga memanfaatkan listrik sebagai electrifying lifestyle sebagai pendukung pariwisata. Di sentra kuliner Taman Blambangan, kini pedagangnya telah beralih menggunakan kompor induksi listrik yang ramah lingkungan, melalui program Kuliner Pintar.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan kompor listrik merupakan bagian dari upaya mewujudkan efisiensi energi dan mengoptimalkan energi yang aman dan ramah lingkungan.
“Ini merupakan upaya konversi kompor energi lain ke kompor induksi ini. Konversi ini memiliki manfaat yang besar,” kata Abdullah Azwar Anas.