Pemkot Batu Galakan Pertanian Porang, Jadi Alternatif Penyediaan Bahan Pangan dan Wisata Baru
Pemerintah Kota Batu mulai menggeliatkan pertanian porang. Diproyeksikan jadi alternatif penyediaan bahan pangan dan jujukan wisata berbeda.
Penulis: Benni Indo | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, BATU - Pemerintah Kota Batu mulai menggeliatkan pertanian porang sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Porang diproyeksikan menjadi alternatif penyediaan bahan pangan di masa mendatang.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko didampingi jajaran Forkopimda dan Wakil Rektor IV Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Bambang Pramujati melaksanakan penanaman porang secara simbolik di Area Model Konservasi Edukasi (AMKE), Selasa (1/9/2020).
• Kisah Bocah 13 Tahun Di Surabaya ini Sukses Jualan Siomay Hingga Buka Cabang Kedua
• Rekom PDI Perjuangan untuk Pilkada Surabaya 2020 Turun, Nama dalam Amplop Diumumkan Besok
Kepala Cabang Dinas Kehutanan Jatim di Malang Sapto Yuwono juga datang dalam acara tersebut.
Dewanti mengatakan, Pemkot Batu telah menjalin kerjasama dengan ITS untuk memanfaatkan tanaman herbal.
Selain itu, kerjasama juga untuk menunjang pariwisata di Kota Batu. Kehadiran tanaman torang ini, diharapkan menjadi tujuan wisata berbeda di Kota Batu.
"Antara lain agar Kota Batu memiliki tujuan wisata berbeda dari wisata buatan. Kami mencoba memanfaatkan potensi hutan di Kota Batu," katanya, Selasa (1/9/2020).
• Besaran UMK 2021 Diprediksi Bakal Terpengaruh Covid-19, Begini Jawaban Kepala Disnaker Jatim
• Sejumlah Tempat Karaoke di Tulungagung Beroperasi Gelap-gelapan, Padahal Masih Dilarang
Tidak hanya tempat wisata, orang yang datang nanti juga diharapkan mendapatkan edukasi tentang tanaman pangan.
Dewanti berharap masyarakat dapat memiliki pengetahuan tentang tanaman porang dan lainnya. Di sisi lain, pendampingan yang dilakukan oleh ITS juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga, terutama petani Porang.
"Ini adalah program pengabdian masyarakat dari ITS. Selama lima tahun didampingi oleh ITS. Setelah lima tahun, diaharapkan terus berkembang dan bermanfaat. Program ini bisa menjadikan satu proyek awal saingan denfa obat tradisi Tiongkok atau Traditional Chinese Medicine (TCM)," kelakarnya.
Selama ini, menurut Dewanti, herbal di Indonesia tidak kalah, tapi kurang memanfaatkan teknologi sehingga kurang terkenal seperti di Tiongkok.
Sementara Bambang Pramujati menjelaskan kalau ITS telah banyak melakukan pengabdian masyarakat di Kota Batu.
Kerjasama yang dilakukan dengan Pemkot Batu memang diarahkan ke tanaman herbal.
Namun juga tidak menutup kemungkinan terhadap potensi tanaman lainnya. Terkait Porang ini, ITS akan memberikan sumbangsih untuk branding dan pemasaran.
"Antara lain kami bantu bagaimana membranding, memproduksi dan memasarkan Porang," ujar Bambang.
Diterangkannya program ini diinisiasi oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri ITS. Di ITS juga ada departemen Kimia dan Biologi yang banyak melakukan penelitian terhadap tanaman.
ITS memiliki teknologi kultur jaringan yang dikatakan Bambang dapat meningkatkan kualitas tanaman. Dengan teknologi itu, hasil tanaman juga jauh lebih bagus kualitasnya.
"Jadi kalau dengan kultur jaringan itu akan didapat kualitas yang bagus. Itu dapat dimanfaatkan," pungkasnya.
Sapto mengatakan, beberapa tahun belakangan masyarakat sering mendengar tanaman Porang, namun demikian belum semua khalayak mengetahui tanaman itu. Katanya, Porang adalah tanaman asli Indonesia yang sudah lama dimanfaatkan.
"Ketika masa Jepang, masyarakat disuruh mencari Porang untuk kebutuhan industri. Namun aspek budidaya dan industrinya baru disadari belakangan ini," paparnya.
Porang kaya akan karbohidrat, protein dan serta pangan. Sejak akhir perang dunia kedua, Porang telah diekspor ke Jepang, Taiwan dan Korsel, demikian juga pengelolaannya. Sejak 1975 semakin menggeliat karena nilai ekonomisnya mulai terasa.
"Peluang bisnis yang besar mendorong masyarakat dan pengusaha mengembangkan Porang secara masal. Kelompok dan industri mulai mengolah Porang agar diterima pasar lokal maupun nasional," imbuhnya.
Diungkapkan Sapto, berdasarkan data dari BPS, dalam masa pandemi, penunjang ekonomi adalah sektor pertanian. Pihaknya pun berharap dengan adanya geliat pertanian Porang dapat menggerakan perekonomian masyarakat.
Penulis: Benni Indo
Editor: Heftys Suud