Program BOSS, Pengolahan Sampah Jadi Energi Alternatif di Desa dan Destinasi Wisata Banyuwangi
Kali ini Banyuwangi merancang program pengolahan sampah dengan metode Banyuwangi Olah Sampah di Sumbernya (BOSS).
Penulis: Haorrahman | Editor: Dwi Prastika
Semua sampah, mulai dari plastik, sampah rumah tangga, popok bekas, makanan sisa, dan berbagai jenis sampah lainnya, kecuali sampah keras seperti besi, kaca, dan batu, bisa diproses menjadi energi listrik dan gas.
• Kemenparekraf Gelar Gerakan BISA dan Kampanye Pakai Masker di Pantai Pulau Santen Banyuwangi
Pemilahan sampah diawali dengan memasukkan sampah ke keranjang peuyeumisasi dan disiram bioktivator, untuk menghilangkan bau serta lalat.
Setelah 5 hingga 6 hari, sampah bisa dipanen untuk kemudian dicacah menggunakan mesin khusus lalu dicetak menjadi pelet atau disebut batu bara nabati, yang menjadi bahan bakar pada kompor hingga mesin co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Satu ton sampah bisa menghasilkan 100 kilogram pelet.
Pelet tersebut bisa langsung digunakan di kompor yang menghasilkan api tanpa asap sebagai pengganti LPG dan bisa digunakan untuk kebutuhan memasak rumah tangga.
Pelet juga bisa dimasukkan ke mesin co-firing, yang diubah menjadi gas dan bisa digunakan sebagai pengganti kompor gas LPG. Sealin itu, gas hasil pembakaran di co-firing juga bisa menjadi bahan bakar penghasil listrik tenaga uap yang disalurkan melalui pembangkit listri diesel, sebagai pengganti solar atau bensin.
"Batu bara nabati atau pelet ini sudah melalui uji laboratorium PLN," kata Arief.
Arief mengaku siap mengawal pelaksanaan BOSS di Banyuwangi.
“Akan kita mulai secepatnya. Daerah siap, kami juga siap,” kata Arief.
Arief mengatakan, Banyuwangi akan menjadi daerah pertama yang melakukan pengelolaan TOSS di bidang pariwisata.
“Ini akan jadi yang pertama. Banyuwangi mengolah sampah jadi energi alternatif langsung dari destinasi wisata,” katanya.
Arief mengatakan, program ini tidak membutuhkan anggaran yang besar dan mudah untuk direplikasi di berbagai tempat. Ini karena mesin yang digunakan bisa dibilang cukup sederhana dan bahan dasarnya adalah sampah. Selain itu juga memecahkan persoalan sampah yang banyak ditemui di berbagai daerah.
Editor: Dwi Prastika