Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sedihnya Panen Raya di Lumajang, Tomat Perkilo Cuma Dihargai Rp 300, Petani: Buang Saja ke Selokan

Petani di Lumajang sedih panen raya tomat, perkilo cuma dihargai Rp 300. Ngatuli petani tomat Kecamatan Candipuro pilih buang saja ke selokan.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Hefty Suud
SURYA/TONY HERMAWAN
Ngatuli, petani tomat di Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro, ketika sedang menginjak buah tomat di selokan karena harganya anjlok, Senin (5/10/2020). 

TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Pandemi virus Corona ( Covid-19 ) memang sangat memukul sektor pertanian. Banyak petani kecewa hasil panen tidak terserap secara optimal. 

Petani di Lumajang adalah salah satu yang merasakan itu.

Sebabnya, jika biasanya hasil panen bisa disalurkan ke swalayan atau restoran di kota-kota besar. Kini hanya bisa dijual di pasar sekitaran saja. 

Pemkab Gelar SKB CPNS di Simpang Lima Gumul Kediri, Peserta Wajib Sertakan Rapid Test

Kembali Berlatih Hari Ini, Aji Santoso Masih Terapkan Menu Latihan Ringan untuk Skuat Asuhannya

Alhasil stok yang jadi melimpah tidak diimbangi dengan permintaan yang besar, harga terpaksa diturunkan jadi korban.

Ngatuli (60), warga Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro bercerita pada TribunJatim.com, harga tomat sekarang Rp 300 perkilo. 

Dirinya pun lebih memilih tomat hasilnya panennya dibuang ke parit alias selokan. Petani tomat ini menilai harga jual tersebut tidak sebanding dengan biaya proses pembibitan dan penanaman.

IGD RSUD Dr R Koesma Tuban Berlakukan Lockdown Setelah Ada Dokter Meninggal Positif Covid-19

Rizky Billar Sebut Dirinya Idaman, Gebetan Lesty Siap Urus Anak dan Bahas Jumlah, Istri Belum Ada

"Ya dibuang aja, harganya tiga ratus rupiah dan tidak laku juga," kata Ngatuli, Senin (5/10/2020). 

Ia menyebut harga tomat terjun bebas tersebut sudah berlangsung dalam sebulan terakhir. Padahal normalnya, harga tomat adalah Rp 3.000 perkilo. 

"Jelas rugi besar ini. Sudah jauh kelipatannya dari harga semula," keluhnya.

Kekesalan tersebut tidak hanya dialaminya seorang diri. Hampir semua petani di daerahnya menggerutu hal yang sama. 

Kasiah yang juga petani tomat mengungkapkan, harga yang sudah terlampau murah bukan jadi jaminan hasilnya panennya diborong tengkulak.

Sering dirinya membiarkan tomat untuk tidak dipanen karena harganya kurang menguntungkan.

"Sebetulnya bulan-bulan ini kan panen raya. Tapi gimana kalau dipaksa panen, jelas akan rugi. Karena tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan," pungkasnya.

Penulis: Tony Hermawan

Editor: Heftys Suud

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved