Terlilit Hutang, Pria di Luamajang ini Pura-pura Jadi Tim Penyalur BLT, Gasak Perhiasan Warga
Pandemi Covid-19 dimanfaatkan oleh tiga orang di Lumajang, untuk melakukan aksi kejahatan.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Pandemi Covid-19 dimanfaatkan oleh tiga orang di Lumajang, untuk melakukan aksi kejahatan.
Mereka menggunakan modus sebagai tim survey penyalur bantuan sosial tunai (BST) Covid-19 untuk menggasak perhiasan para korban.
Moch Ridho'i (36) warga Lumajang ini adalah satu diantara komplotan tersebut.
Ia mengaku terpaksa melakoni aksi keji itu lantaran terlilit hutang, warisan almarhum istrinya.
"Saya terpaksa karena almarhum istri saya punya hutang 30 juta," kata Ridho'i, Rabu (4/11/2020).
Selain digunakan untuk melunasi hutang istrinya yang meninggal, pria yang sehari-hari berdagang bensin eceran itu juga menggunakan hasil jarahannya untuk biaya selamatan istri dan bapaknya.
Baca juga: Tragedi Suami Minum 1 Obat sebelum Berhubungan Badan, Istri Hampir Meninggal, Dokter Syok Kuak Fakta
Baca juga: Jawab Persoalan Sertifikat Surat Ijo di Surabaya, Eri Cahyadi: Pemkot Surabaya Sudah Ambil Sikap
Baca juga: Polres Gresik Tangkap Terduga Pembunuh Siswa SMP, Jasadnya Dibuang di Galian C Bukit Jamur
Sementara itu, seperti yang diberitakan sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Lumajang, AKP Masykur mengatakan, komplotan tersebut melakukan penipuan sudah sejak Agustus lalu.
Namun jika ada masyarakat yang merasa menjadi korban penipuan atas perbuatan para tersangka, diminta untuk segera melapor ke Polres Lumajang.
"Semua kejahatan dilakukan di Lumajang. Namun jika ada orang yang merasa jadi korban silahkan melapor, kami akan bantu menindak," pungkasnya.
Hal yang lebih mengejutkan adalah, dari barang bukti tas yang tertinggal saat komplotan ini melakukan aksi di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, ditemukan kartu tanda pengenal.
Ridho'i tercatat sebagai wartawan di media online Metro Soerya dan Angkasa Post.
Namun, ia mengelak menggunakan id pers tersebut untuk memperlancar aksinya.
"Saya tidak pernah mengaku-ngaku sebagai wartawan. Saya hanya membantu saja di media itu. Tapi saya tidak pernah mengaku wartawan saat melakukan penipuan itu," ucapnya kepada TribunJatim.com.
Sementara itu, seperti yang diberitakan sebelumnya komplotan tersebut melakukan penipuan sudah sejak Agustus lalu.
"Semua kejahatan dilakukan di Lumajang. Namun jika ada orang yang merasa jadi korban silahkan melapor, kami akan bantu menindak," pungkasnya. (Tony/Tribunjatim.com)