Unkarupa Tahun Ke-4 Mahasiswi Seni Rupa Unesa, Kuak Kekayaan Batik Surabaya hingga Kritisi Pandemi
Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Unesa gelar Unkarupa tahun keempat. Kritisi pandemi Covid-19 hingga kuak kekayaan batik Surabaya
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Lebih dari seratus karya seni terpajang rapi di gedung T3 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (5/1/2021).
Karya-karya tersebut berupa seni lukis, batik, logam, kayu, desain grafis, dan sebagainya.
Objek yang diusung pun beragam, ada yang mengangkat kearifan lokal, ada pula yang mengkritisi pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
Baca juga: BREAKING NEWS, Keluarga dan Sejumlah Warga Menunggu Kedatangan Almarhum Chaca Sherly di Rumah Duka
Baca juga: Gisella Anastasia dan MYD Masih Berhubungan? Nobu Ucap 1 Kalimat Disinggung Komunikasi Lalu Melengos
"Ini merupakan gelaran Unkarupa tahun keempat. Pameran ini digelar sebagai tugas mata kuliah. Para peserta merupakan mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Unesa," ungkap ketua pelaksana Muhamad Marshal Sundawa.
Unkarupa tahun keempat ini mengusung tema Enlighten 2021.
Para peserta berharap dapat memberikan pencerahan, utamanya dalam referensi atau sudut pandang bidang seni pendidikan.
"Selain offline, kami juga menggelar secara online agar teman-teman khususnya pelajar bisa mengaksesnya. Untuk offline, kami membatasi pengunjung untuk mencegah penularan Covid-19," ujarnya.
Terdapat 75 pameris yang terlibat. Karya mereka berasal dari gagasan atau keresahan terhadap sesuatu. Salah satunya seni kinetik karya Umi Lafiatus.
"Ini merupakan karya interaktif di mana pengunjung bisa memainkannya," katanya sambil menunjuk karyanya yang terbuat dari kayu.
Karyanya berupa beberapa potong kayu yang tinggi permukaannya berbeda. Saat engkol penggerak diputar, maka kayu-kayu tersebut bergerak naik-turun menyerupai gelombang.
"Inspirasinya memang dari ombak yang menggambarkan hidup. Gerakan naik-turunnya mengikuti gerakan tangan sehingga kita bisa tahu emosinya," Umi memaparkan.
Baca juga: Istri Diantar Pulang Pria Lain, Suami di Bangkalan Kalap dan Bacok Korban hingga Tewas
Baca juga: Hendak Mendahului Truk, Pengemudi Motor di LamonganTerpental dan Tewas di Lokasi
Ia memberikan warna-warna yang merefleksikan emosi. Diantaranya biru, merah, hijau, dan sebagainya. Emosi-emosi ini, menurutnya, saling berkisambungan.
"Dalam hidup pasti ada yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, untuk menyikapinya perlu mempertimbangkan emosi," tutupnya.
Berbeda lagi dengan karya Rendra Aditya Putra Adam. Ia memamerkan batik yang terinspirasi dari kawasan di Surabaya.