Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jarang Disorot Ancaman Virus Nipah, Belum Ada Vaksin, Gejala Mirip Corona? 'Disertai Kantuk-Bingung'

Tingkat kematian virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, tergantung lokasi terjadinya wabah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
Pixabay
ILUSTRASI Kelelawar yang sering membawa virus mematikan. 

Dalam 11 wabah di Bangladesh dari 2001 hingga 2011, 196 orang dikonfirmasi terinfeksi Nipah  dan150 orang di antaranya meninggal dunia.

Jus kurma juga populer di Kamboja, tempat Duong dan timnya menemukan bahwa kelelawar buah di Kamboja terbang jauh - sampai 100 kilometer setiap malam - untuk menemukan buah.

Ini berarti masyarakat di wilayah ini perlu menyadari bahwa mereka tidak hanya dekat dengan kelelawar tapi juga mungkin mengonsumsi produk yang terkontaminasi olehnya.

Duong dan timnya juga mengidentifikasi situasi berisiko tinggi lainnya.

Tahi kelelawar (disebut guano) populer sebagai bahan pupuk di Kamboja dan Thailand, dan di wilayah pedesaan yang minim lapangan pekerjaan, tahi kelelawar bisa jadi cara mencari nafkah.

Duong mengidentifikasi banyak lokasi tempat warga setempat secara aktif mendorong kelelawar buah, yang juga dikenal sebagai rubah terbang, untuk berak di dekat rumah supaya mereka dapat mengumpulkan dan menjual guano.

Namun banyak pengumpul guano tidak memahami risiko yang mereka hadapi dalam melakukan pekerjaan itu.

"Enam puluh persen orang yang kami wawancarai tidak tahu bahwa kelelawar dapat menularkan penyakit. Pengetahuan mereka masih kurang," kata Duong. Ia percaya bahwa edukasi warga setempat akan ancaman yang dibawa kelelawar perlu dilakukan.

Baca juga: Wajib Distok 2 Jenis Vitamin untuk Pasien Covid-19 OTG & Gejala Ringan yang Isolasi Mandiri di Rumah

Tapi barangkali tidak semudah itu.

Menghindari kontak dengan kelelawar barangkali gampang dilakukan di masa lalu dalam sejarah manusia, namun seiring populasi manusia bertambah, kita mengubah planet ini dan menghancurkan habitat alam untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya.

Perbuatan ini mempercepat penyebaran penyakit.

"Penyebaran patogen (zoonotik) ini dan risiko transmisi bertambah cepat dengan... perubahan penggunaan lahan seperti penggundulan hutan, urbanisasi, dan intensifikasi pertanian," tulis Rebekah J White dan Orly Razgour dalam telaah tentang penyakit zoonotik emerging yang diterbitkan Universitas Exeter pada 2020.

Sebanyak 60 persen populasi dunia tinggal di Asia dan wilayah Pasifik, sementara urbanisasi terus berlangsung dengan cepat. Menurut Bank Dunia, hampir 200 juta orang pindah ke wilayah perkotaan di Asia Timur antara tahun 2000 dan 2010.

Gejala Virus Nipah

Dikutip dari artikel Kompas.com ( grup TribunJatim.com ) tahun 2018, gejala virus Nipah bervariasi.

Banyak pasien awalnya mengalami demam dan sakit kepala, diikuti oleh rasa kantuk dan kebingungan.

Beberapa pasien juga menunjukkan gejala seperti flu ketika terinfeksi.

Gejala itu kemudian berkembang, korban infeksi bisa mengalami koma selama satu atau dua hari.

Sementara korban yang selamat dari infeksi awal dapat memiliki masalah kesehatan sepanjang hidupnya, termasuk perubahan kepribadian dan kejang terus menerus.

Dalam beberapa kasus, virus bisa kembali aktif setelah beberapa bulan atau tahun semenjak terinfeksi dan menyebabkan kematian.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Virus Nipah, Ancaman Pandemi Berikutnya di Asia" dan "Virus Mematikan Tanpa Obat Mewabah di India, Berpotensi Ancam Dunia".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved