Miliarder Baru Tuban
Relokasi Mandiri 63 KK di Wadung Tuban Terdampak Kilang Pertamina, Dibangun Bak Perumahan Mewah
Terdampak proyek kilang Pertamina-Rosneft. 63 KK di Desa Wadung, Kecamatan Jenu membangun rumah baru dengan modal Rp 612 juta.
Penulis: M Sudarsono | Editor: Hefty Suud
Reporter: Mochamad Sudarsono | Editor: Heftys Suud
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Kisah miliarder baru Tuban berlanjut.
Sebelumnya warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, viral di media sosial karena aksi borong mobil setelah menjadi miliarder dari menjual tanahnya, untuk kebutuhan proyek kilang grass root refinery (GRR), perusahaan patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.
Kini relokasi bak perumahan mewah juga tampak di Desa Wadung, Kecamatan setempat.
Baca juga: Buron 2 Tahun, Direktur Abal-abal Perum di Lamongan Ditangkap, Korban Alami Kerugian Rp 4,1 Miliar
Baca juga: 17 Keluarga Pasien Meninggal karena Covid-19 di Ponorogo Batal Terima Santunan dari Kemensos
Relokasi mandiri itu dilakukan warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, karena rumah sebelumnya terdampak kilang minyak GRR.
Setidaknya, sekitar 63 KK mulai membangun rumah baru dan sebagian sudah ada yang menempati.
Suwarno (44), warga Dusun Tadahan mengatakan, relokasi ini dilakukan karena tanah miliknya dan warga lain masuk dalam penetapan lokasi (penlok) kilang minyak.
Di rumahnya yang kini telah proses bangun, ia menyebut ada 63 warga Dusun Tadahan yang melakukan relokasi mandiri.
"Ini belum selesai total bangun rumahnya, ada sekitar 63 warga terdampak yang relokasi mandiri di sini," ujarnya, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Putus Asa, Mourinho Pakai Cara Terakhir Agar Tottenham Lolos ke Liga Champions Musim Depan
Baca juga: Pemkab Trenggalek Latih Para Pendamping Calon Wirausahawan Perempuan Baru
Dia menjelaskan, untuk bangunan rumahnya yang terdampak pembangunan kilang, ia mendapat kurang lebih Rp 612 juta.
Nilai yang didapat tersebut tentu jauh jika dibandingkan dengan warga Desa Sumurgeneng yang memiliki lahan luas.
Sebab, di Desa Wadung yang terdapat Dusun Tadahan, Ringin dan Boro sebagian besar yang terdampak adalah bangunan.
"Nilai tanah dan bangunan yang dibeli hampir sama dengan saya beli tanah untuk buat rumah baru. Tanah dihargai Pertamina Rp 600 ribuan, saya beli tanah juga sekarang harganya segitu," pungkasnya.
Pria yang juga sempat menolak pembangunan kilang itu mengungkapkan alasan melakukan relokasi mandiri.
Hal itu dikarenakan relokasi yang dijanjikan oleh Pertamina tak kunjung jelas, sehingga keputusan relokasi mandiri itu diambil bersama warga lainnya.
Di sisi lain, warga juga tidak mau jika relokasi yang ditawarkan Pertamina di luar Desa Wadung.
"Tidak jelas relokasi yang ditawarkan Pertamina, makanya kami relokasi mandiri. Tidak masalah, lebih baik begini karena kami tidak ingin keluar dari Desa Wadung," tutupnya.
Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.
Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar. Rinciannya, lahan warga 384 hektar di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.
Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.