Berita Tulungagung
Perajin Batu di Tepi Parit Agung Tulungagung Geram, Pembuatan Jalan Ganggu Rumah dan Tempat Usaha
Para perajin batu di tepi parit Agung Tulungagung geram, mereka menilai pembuatan jalan mengganggu rumah dan tempat usaha mereka.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Reporter: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Tokoh masyarakat di Dusun Cerme, Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, Purnomo (60), tak bisa menahan amarahnya.
Dengan nada ketus, ia meminta Kepala Desa Gamping, Suyono untuk datang menemui warga yang berada di bantaran Parit Agung.
Saat itu, puluhan warga dusun setempat menahan emosi, karena proyek jalan yang dituding digagas kades dan Perum Jasa Tirta 1 merugikan warga.
Bahkan beberapa rumah warga turut jadi korban, karena terasnya kena kepras.
Selain itu, banyak tempat usaha warga juga jadi korban, karena lokasi ini adalah sentra kerajinan batu.
"Kami tidak menolak pembangunan jalan. Tapi kan bisa digeser ke barat, menjauh dari rumah warga," ujar Purnomo, Senin (12/4/2021).
Kemarahan warga memuncak, karena kades Gamping dinilai mengintimidasi warga.
Baca juga: Kisah Getir Pria Tulungagung Tahu Dapur Rumah Ambruk Kena Gempa, Habis Sudah Uang Kerja di Brunei
Baca juga: Dampak Gempa di Malang, BPBD Tulungagung Mulai Terima Laporan Banyak Rumah Warga yang Rusak
Ia mendatangi truk yang sedang menurunkan muatan balok batu di salah satu tempat usaha warga.
Kades mengusir truk itu dan mengancam akan membakar truk.
Warga yang sudah terlanjur kesal kemudian berkumpul dan menyatakan protes.
Mereka menghentikan alat berat yang sedang bekerja.
Sementara mereka juga meminta kades datang menemui warga, namun ditolak.
"Bilangnya di telepon sanggup datang. Tapi ternyata tidak berani menemui warga," ucap Purnomo kesal.
Purnomo menambahkan, sebenarnya bantaran sungai pencegah banjir Tulungagung ini sangat lebar.
Baca juga: Daftar Lengkap Korban Tewas-Kerusakan Gempa Jatim di 13 Kab/Kota: Lumajang Malang Blitar Tulungagung
Baca juga: 312 Bangunan di Kabupaten Blitar Rusak Terdampak Gempa, Nilai Kerugian Ditaksir Capai Rp 1,3 Miliar
Sementara jalan yang akan dibangun selebar 3 meter, dengan bahu jalan kedua sisi 3,5 meter.
Padahal di kedua sisi jalan banyak tempat usaha warga dan rumah warga ikut jadi korban.
"Kalau misalnya ada teras rumah yang kena sedikit, buat apa? Lahannya kan luas, bisa digeser agar rumah warga selamat," tegas Purnomo.
Selama ini warga yang menggunakan lahan PJT1 untuk tempat usaha membayar uang sewa setiap tahun.
Namun mulai tahun 2019 PJT1 tidak lagi memungut uang sewa, dan mulai menanam sengon.
Hingga sebulan lalu ada sosialisasi rencana pembuatan jalan, dan diikuti pematokan tanah serta penebangan pohon-pohon.
Baca juga: Alokasi Pupuk Bersubsidi Berkurang, Dinas Pertanian Tulungagung Menerima Keluhan Petani
Baca juga: Dampak Gempa 6,7 SR di Kabupaten Blitar: Puluhan Bangunan Rusak dan Belasan Orang Luka-luka
Warga pun disuruh menyingkirkan barang-barang di tempat produksi mereka.
"Ini tempat kerja warga, tempat cari makan warga. Usaha warga yang sudah mapan kenapa malah diganggu," tegas Purnomo.
Warga yang didominasi perajin batu kemudian menghimpun tanda tangan.
Mereka kemudian membubarkan diri dengan tertib.
Berita tentang Tulungagung
Berita tentang Jawa Timur