Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Antovany Reza: Produk Hasil Start-up Harus Repeatable dan Expandable

Untuk dapat menjadi pemilik perusahaan start-up, menurut Antovany Reza Pahlevi (Reza), ada dua syarat yang harus terpenuhi di dalamnya yakni pertama

Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
istimewa/Nadia Hasna Humaira
Nadia Hasna Humaira 

Reza yang gemar melahap berbagai buku, termasuk memahami sejumlah metodologi ini menggambarkan, ide untuk menjadikan kisah atau narasi di balik bisnis start-up satu perusahaan, sejatinya selalu dimulai dengan keresahan yang terjadi pada diri sendiri.

“Anak muda itu harus senantiasa merawat keresahan dirinya sendiri, sehingga dari situ akan ada proses mengalami keresahan berpikir. Dari proses berpikir ini akan muncul berbagai ide, sehingga dari berbagai ide tersebut, pada akhirnya akan muncul yang dinamakan validasi ide. Sampai akhirnya perusahaan start-up tersebut akan mampu mengalahkan kekuatan perusahaan (enterprise), bahkan yang besar mampu bertumbuh menjadi perusahaan kelas unicorn.

Mereka secara telaten terus merawat keresahan itu sampai jadi penyemangat mereka menyelesaikan problem (masalah) yang lebih besar, tuturnya sambil mulai berbagi ilmu.

Reza yang menyukai bidang tulis-menulis dan mengaku awalnya adalah pribadi yang sulit berkomunikasi dengan orang lain secara terbuka, mengaku dirinya senang bercerita dan menjadikan narasi sebagai dasar utama dalam mengembangkan literasi bisnis start-up.

“Salah satu metodologi yang menjadi acuan adalah lean method. Metode ini mengajarkan untuk memulai bisnis awal tidak memerlukan resource yang banyak sebagai modal dasar, melainkan perlu mencari di mana problemnya, lantas perlu mengadakan atau mencari solusi, baik dalam bentuk produk maupun jasa sebagai hasil akhir, atau apapun yang dapat menyelesaikan problemnya.“

“Begitu problem sudah terpecahkan, maka tinggal men-scale-up usaha tersebut, seraya melihat indikator berapa kasus yang dapat dipecahkan dalam satu bulan, misalnya. Jika pada bulan pertama hanya selesai satu kasus, maka bulan berikutnya ditingkatkan menjadi 10 sampai 100 kasus yang dapat diselesaikan,” tuturnya.

Perbedaan Start-up dan Enterprise

Konsep start-up seperti ini yang membedakannya dengan eksistensi enterprise (perusahaan), walaupun tidak dimungkiri, start-up yang memiliki sistem kerja yang sudah terstruktur, pada akhirnya juga akan berkembang menjadi enterprise. Namun mereka juga tidak akan meninggalkan elemen utama start-up, yaitu sifat bisnisnya berupa produk atau jasa yang dapat diulang.

Reza yang pandangan hidupnya berorientasi pada value (nilai), kebaikan (kindness) itu bersifat superpower dan muda, memiliki spirit khusus, perlu terus menjaga isu-isu di sekitarnya, berpandangan, bahwa perusahaan itu pasti sudah jelas proses bisnisnya.

Artinya jika suatu perusahaan menjual produk komputer ataupun laptop maupun telepon selular, misalnya, maka produk yang dijual adalah tetap jenis produk yang sama, hanya berbeda nomor serialnya. “Karena itu income-nya diperoleh dari produk yang dihasilkan perusahaan.“

Bedanya dengan perusahaan start-up, maka pada perusahaan ada yang memiliki divisi riset dan pengembangan produk, sehingga mereka harus terus berpikir dan berinovasi menciptakan produk-produk baru pada periode tertentu.

Sementara itu mereka yang bergerak sebagai perusahaan start-up, harus selalu berpikir menciptakan jalur income baru. Mereka akan terus mencari dan menguji coba ide bisnisnya, sampai kemudian menjadi produk yang established (mapan). Itu sebabnya kebanyakan pengusaha start-up tidak takut gagal, namun akan terus berupaya supaya bisnisnya survive (bertahan).

Sebaliknya, di sejumlah perusahaan, apabila produk yang dihasilkan pada akhirnya gagal atau tidak laku lagi sesuai perkembangan zaman dan selera pasar, maka produk tersebut harus dihentikan produksinya.

Harus diakui, tambah Reza, bahwa bisnis yang “agile” adalah usaha bisnis yang tangkas. Agile merupakan satu jenis kerangka kerja (framework) yang juga digunakan di dalam projek start-up manajemen.

“Dengan agile framework, maka pelaku bisnis start-up akan terus mencari, karena mereka merasa belum sempurna, sehingga usahanya akan terus-menerus disempurnakan."

Ibaratnya seperti update software di laptop, baik dengan perangkat iOS atau pun menggunakan aplikasi playstore, adakalanya sistem meminta dilakukannya update data. Itu sebabnya bisnis start-up secara terus-menerus meng-update dirinya, sambil secara berkala mencari update terbaru.

Berita tentang start-up

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved