Berita Lumajang
Aksi Mogok Kerja Sopir Truk Angkutan Pasir di Lumajang Kurang Kompak, Masih Ada yang Beroperasi
Aksi mogok kerja sopir truk angkutan pasir di Lumajang kurang kompak, masih banyak armada truk yang beroperasi.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
Reporter: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh sopir truk angkutan pasir di Lumajang berlangsung pada Jumat (25/6/2021).
Kendati demikian, tampaknya aksi ini tidak diikuti oleh semua sopir.
Sebab, temuan di lapangan, masih banyak sopir armada truk yang mengangkut pasir.
Seperti yang terpantau di kawasan Jatian, Desa Sumberrejo, Kecamatan Candipuro, Lumajang, cukup banyak armada truk yang melintas membawa pasir dari lokasi kawasan pertambangan.
Saat melewati jalur tersebut, seluruh armada truk itu dilakukan pemeriksaan Surat Keterangan Asal Barang (SKAB). Padahal sebelumnya Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) meminta dukungan pemerintah untuk melakukan pengawasan dan penertiban di kawasan pertambangan selama mogok kerja berlangsung.
Petugas Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD) Lumajang, Sukir, mengatakan, dirinya tetap bertugas melakukan pemeriksaan SKAB karena merupakan tanggung jawabnya.
Sementara untuk melarang sopir beroperasi di kawasan pertambangan, pihaknya tidak memiliki wewenang.
"Kalau terpaksa lewat tetap kami lakukan pemeriksaan SKAB. Kami sendiri tidak bisa melarang, hanya memberikan imbauan saja pada sopir truk. Kami sampaikan untuk tidak melakukan aktivitas pertambangan lagi selama sepekan. Karena itu keputusan yang mendasari perintah ke kami," katanya.
Baca juga: Sopir Truk Angkutan Pasir di Lumajang Berencana Mogok Kerja Sampai Harga Pasir Naik
Sementara itu, Hanafi, perwakilan paguyuban truk armada pasir yang ikut berjaga di kawasan itu mengaku kecewa melihat masih banyak armada truk beroperasi melakukan aktivitas pertambangan.
"Padahal surat keputusan untuk melarang aktivitas pertambangan sudah kami sampaikan pada seluruh armada truk pasir. Tetapi memang kurang kompak. Padahal ini bentuk solidaritas para paguyuban sopir biar harga pasir mengalami peningkatan," pungkasnya.