Berita Jatim
Kisah Kakek Asal Gayungan Surabaya, 25 Tahun Jadi Tukang Beca: Kejujuran Modal Utama Hidup
Solman (77) warga Dukuh Menanggal, Gayungan, Surabaya merupakan satu diantara ratusan tukang becak yang memperoleh jatah bantuan sembako dari Polda
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA-Solman (77) warga Dukuh Menanggal, Gayungan, Surabaya merupakan satu di antara ratusan tukang becak yang memperoleh jatah bantuan sembako dari Polda Jatim.
Kakek enam orang cucu ternyata sudah menekuni pekerjaan menjadi tukang becak 25 tahun lamanya, tepatnya sejak tahun 1996.
Dengan pekerjaan sederhananya itu, Solman mengaku bangga, karena bisa menafkahi lima orang anak, yang kini semuanya sudah terbilang sukses, berkeluarga, dan memiliki tempat tinggal sendiri di lain tempat.
Bagi mereka yang mengenal atau pernah berlangganan jasa antar becak milik Solman, mungkin mafhum dengan perangainya.
Postur tubuh Solman memang terbilang mungil dengan tinggi sekitar 160 sentimeter (cm). Tapi jangan diragukan tenaganya.
Solman sampai sekarang masih sehat walafiat, dan siap sedia diminta mengayuh becak sesuai permintaan pelanggannya.
"Saya masih kuat push up pakai jari," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, di Lapangan Mapolda Jatim, Senin (11/10/2021).
Penghasilan sebagai tukang becak diakui Solman, tidak lagi bisa diandalkan. Untuk mencukupi kebutuhan, ia terpaksa mengambil alternatif pekerjaan sambilan sebagai penjaga area parkir di sebuah gerai ATM di kawasan Gayungan.
Itu dilakukannya sembari menunggu pelanggan yang membutuhkan jasa antar becaknya.
Solman tak pernah mematok tarif khusus untuk jasa pengamanan parkir tersebut. Jikalau ada pemberian dari pengunjung, ia akan sangat berterimakasih saat menerimanya.
Baca juga: Enam Pot Tanaman di Jalan Besar Ijen Malang Dirusak ODGJ
Namun, jikalau ada pengunjung ATM yang melenggang pergi, begitu saja. Solman tidak akan mengejar, atau memaki, apalagi meminta dengan paksa.
"Kalau enggak dikasih, ya belum rejekinya, enggak boleh minta," ungkap Solman yang pakai batik itu.
77 tahun sudah Solman merasakan asam dan garamnya kehidupan, membuatnya menyadari bahwa entitas terpenting dalam menjalani hidup adalah kejujuran.
Tentunya, sikap itu senantiasa diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dengan saat menerima pelanggan yang menggunakan jasa antar becaknya.
Solman mengaku tidak akan pernah menyerobot jatah angkut pelanggan becak, sesuai gilirannya. Meski pun kenakalan-kenakalan 'menyerobot' jatah waktu angkut pelanggan semacam itu, terbilang lumrah.
"Kalau mbecak tidak boleh nakalan. Kalau bukan gilirannya (bawa penumpang), ya enggak boleh bawa," ujarnya.
Di singgung, akan sampai kapan terus menekuni pekerjaan sebagai tukang becak. Solman hanya bisa geleng-geleng kepala.
Meskipun semua anak dan cucunya sudah hidup lebih baik, mapan dan serba kecukupan. Ia mengaku, tetap akan terus mengayuh becaknya.
Selain bisa terus memperoleh penghasilan, meski terkadang tidak menentu. Manfaat lain mengayuh becak membuatnya tetap sehat senantiasa.
"Kalau saya mboten mbecak ya saya mboten sehat (tidak narik becak malah sakit). Mbecak kan juga untuk kesehatan," pungkasnya.
Solman warga Gayungan, Surabaya merupakan satu diantara ratusan tukang becak yang memperoleh jatah bantuan sembako dari Polda Jatim dan Anggota Komisi III DPR-RI.
Terdapat sekitar 2.000 paket sembako yang dibagikan pada warga terdampak Pandemi Covid-19, di Lapangan Mapolda Jatim, Senin (11/10/2021) siang, seperti tukang becak, petugas kebersihan, cleaning service, dan pengurus masjid.
Wakil Ketua Komisi III DPR-RI, Adies Kadir berharap dengan adanya pemberian bantuan sosial berupa sembako kepada 2.000 warga terdampak Pandemi Covid-19, dapat meringankan beban warga.
"Kami pesan agar supaya selalu menjaga kesehatan walaupun bekerjanya luar biasa sebagai ujung tombak," pungkas Adis yang kini juga menjabat Wakil Ketua Umum Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Partai Golkar itu.
Kumpulan berita Jatim terkini