Hari Sumpah Pemuda
Sejarah Sumpah Pemuda, Dilengkapi Makna Tema Serta Logo HSP Ke-93: Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh
Simak sejarah Sumpah Pemuda, dilengkapi dengan tema dan makna logo Hari Sumpah Pemuda ke-93. 'Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh'.
TRIBUNJATIM.COM - Hari Sumpah Pemuda (HSP) diperingati setiap tanggal 28 Oktober.
Tahun ini, Hari Sumpah Pemuda ke-93 jatuh pada Kamis, 28 Oktober 2021.
Menyambut Hari Sumpah Pemuda ke-93, berikut sejarah Sumpah Pemuda, dilengkapi dengan tema Hari Sumpah Pemuda ke-93, dan link download twibbonn dan logo Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-93 Tahun 2021.
Untuk diketahui, peringatan Sumpah Pemuda ini tidak lepas dari penyelenggaraan kongres pemuda oleh organisasi-organisasi dari seluruh Indonesia.
Kongres pemuda tersebut digelar dua kali, yakni kongres pemuda pertama pada 1926 dan kongres pemuda kedua digelar pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.
Baca juga: Kumpulan Pantun dan Ucapan Semangat untuk Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Bisa Dibagikan ke Medsos
Baca juga: Peringatan Sumpah Pemuda Bareng YBA Indonesia, Ahok Bicara Tolong Menolong hingga Keadilan
Dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional (2015) karya Fajriudin Muttaqin, dkk, kongres pemuda kedua ditutup pada 28 Oktober 1928 dan menghasilkan rumusan Sumpah Pemuda.
Sejarah Sumpah Pemuda
Dikutip dari laman Kemdikbud, gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).
PPPI merupakan sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia.
Kemudian atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

1. Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB)
Rapat pertama dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.
Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.