Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terkini

Berkaca pada Pandemi, Investasi Upaya Penanggulangan TBC Harus Ditingkatkan untuk Eliminasi 2030

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) bersama Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bertepatan dengan momentum Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia

Editor: Januar
Istimewa/ TribunJatim.com
Side Event Pertemuan Pertama Health Working Group (HWG) di G20 Mendorong Komitmen dan Aksi Nyata untuk Pendanaan Respon TBC yang Efektif dan Efisien 

Pandemi benar-benar telah berhasil menyita perhatian global, kita ketahui bersama bahwa penanganan COVID-19 menyita banyak sekali sumber daya termasuk sumber daya untuk penanganan TBC.

Dengan adanya kesempatan untuk membenahi penanganan TBC di masa pandemi ini, negara-negara dapat meningkatkan pengetahuan dan aset untuk meningkatkan respon penanggulangan TBC dan melindungi masyarakat dari infeksi menular melalui udara lainnya di masa mendatang.

Deputy Executive Director Stop TB Partnership, Suvanand Sahu memberikan rekomendasi kepada G20 untuk menyadari TBC adalah ancaman kesehatan global dan mengintegrasikan penanggulangan TBC ke dalam Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Pandemi. Negara G20 diharapkan akan menciptakan peluang untuk mendiskusikan lebih lanjut aspek-aspek teknis pendekatan “Airborne Infection Defense Approach” guna mengatasi penyakit menular pernafasan lainnya.

Untuk mencegah pandemi di masa akan datang, DR. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K), Pulmonologist dan Dewan Stop TB Partnership Indonesia merasa perlu untuk meningkatkan pengelolaan kesehatan masyarakat yang ketat serta meningkatkan pola hidup bersih dan sehat, meningkatkan infrastruktur kesehatan dan surveilans untuk memprediksi pandemi lainnya, industri farmasi perlu fokus memunculkan inovasi yang kompetitif, penelitian, penemuan obat-obatan yang efektif dan ramah.

“Kita perlu meningkatkan kolaborasi untuk mewujudkan upaya 3T yang massive ini sebagaimana dilakukan pada COVID-19, bayangkan saja vaksin covid hanya ditemukan dalam waktu 1 tahun, sementara TBC vaksin masih sangat lambat, selama 94 tahun belum ada penemuan vaksin baru,” ujar dr. Erlina.

Sesi 4 : Pendanaan untuk Akhiri TBC di Tahun 2030 – Bentuk Keberhasilan Penanganan TB yang Dipimpin G20
Sesi terakhir ini membahas komitmen untuk dapat segera mengakhiri TBC, dibutuhkan investasi yang kuat untuk penelitian dan pengembangan, pendekatan inovatif baik dalam penelitian maupun penemuan kasus secara aktif di masyarakat, serta aksi politik untuk mewujudkan komitmen anggaran yang dibutuhkan untuk eliminasi TBC.

Anggota Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH, Ph.D., mengajak semua pihak untuk menemukan pendekatan inovatif dan juga menerjemahkan komitmen politik serta menemukan benchmark kepemimpinan yang dapat membantu kita kembali kepada jalur penanggulangan TBC.

Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI menyampaikan tujuh hal untuk mengatasi kekurangan dana global penanggulangan TBC dunia, diantaranya perlunya meningkatkan anggaran TBC sampai empat kali lipat termasuk anggaran domestik masing-masing negara dengan advokasi dan komitmen politik, dan menggali kemungkinan peran sektor swasta dan filantropi.

Para pembicara menekankan perlunya negara-negara anggota G20 untuk membawa urgensi untuk mereplikasi pemanfaatan teknologi digital COVID-19 dalam menanggapi krisis TBC. Berinvestasi dalam TBC hemat biaya dan akan menguntungkan semua orang. Ini juga merupakan dasar dari strategi jaminan kesehatan universal.

Terlepas dari komitmen tingkat tinggi ini, investasi penanggulangan TBC saat ini ($5,3 miliar pada 2020) masih kurang dari setengah dari $13 miliar yang diperkirakan diperlukan setiap tahun untuk mencapai target global yang ditetapkan oleh strategi END TB dan pertemuan tingkat tinggi PBB tentang TBC. Tahun 2020, pengeluaran global untuk layanan TBC turun untuk pertama kalinya sejak 2016, menjadi US$ 5,3 miliar (turun 8,7% antara 2019 dan 2020). Jika dunia tidak memenuhi END TB secara global akan terjadi 31,8 juta kematian TBC dan kerugian $ 18,5 triliun selama periode 2020-2050.

TBC telah ada sejak 140 tahun lalu, namun kurangnya sumber daya dan solidaritas global dalam mencegah dan menanggulangi penyakit ini menjadikannya pembunuh menular teratas kedua di dunia yang merenggut hampir 4.100 nyawa sehari: Ini adalah pembunuh utama orang dengan HIV dan kontributor utama kematian terkait resistensi antimikroba. Sekitar 1,5 juta orang meninggal karena TBC pada tahun 2020 (termasuk 215.000 di antara orang HIV-positif).

Walaupun semua upaya yang saat ini tersedia belum dapat memenuhi target End TB di tahun 2030 dan akan menambah tingkat morbiditas dan mortalitas yang seharusnya dapat dicegah. Maka dari itu, meningkatkan investasi dalam diagnosis pengobatan dan pencegahan TBC sangat penting untuk membangun kesiapsiagaan pandemi di masa depan.

Mengingat peran yang dimainkan negara-negara G20 dalam memimpin respons terhadap tantangan ekonomi dan kesehatan, momentum presidensi Indonesia, sebagai salah satu negara dengan beban penyakit TBC tertinggi di dunia, memimpin diskusi mengenai peningkatan pendanaan TBC dinilai strategis untuk mempertanggungjawabkan komitmen pemimpin negara G20.

Melanjutkan dua hari seminar ini, Presidensi Indonesia mengajak negara G20 serta beberapa negara undangan lainnya untuk mengembangkan “Call to Action on Financing for TB Response”. Dokumen tersebut akan dikembangkan selama Presidensi Indonesia berlangsung pada tahun 2022 dan diharapkan memunculkan pandangan kolektif yang konkrit untuk meningkatkan investasi yang lebih tinggi, lebih efektif, dan lebih efisien guna mencapai eliminasi TBC.

Kumpulan berita terkini

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved