Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2022

Cerita Ramadan Mirza-Lia, Pasutri yang Sukses Raih Beasiswa ke Inggris: Puasa Makin Seru dengan Anak

Uniknya berpuasa di luar negeri menjadi pengalaman menarik bagi keluarga Mirza Idham & Aldilia Wyasti, pasutri asal Nganjuk yang berkuliah di Inggris.

Instagram.com/@mirzaidhams
Mirza Idham Saifuddin, Aldilia Wyasti Pratama, dan Nayaka Airani Saifuddin (Aira). 

“Bahasa Inggris bukan pertimbangan utama untuk menjadi Chevening atau LPDP Awardee. Kalau itu parameternya, orang kota pasti yang lulus, orang daerah yang kalah. Bahasa Inggris kita itu masih medok, belum bisa aksen British atau American. Justru pengalaman dan cerita menarik, membangun daerah, misalnya punya sekolah, membantu ibu-ibu yang melahirkan, itulah yang tidak didapatkan orang di kota. Ini yang menjadi keuntungan anak daerah, tinggal ditunjukkan dan negara seperti Indonesia atau Inggris hadir untuk membantu itu,” terang Mirza, putra pasangan Cholis Ali Fahmi dan Eny Mutiati.

Baca juga: Film Pendek Omah Njero: Tempat Paling Sakral, Sendang Kapit Pancuran, hingga Ruang Semayam Para Ego

Bapak Rumah Tangga dan Istri yang Bermimpi Besar

Bicara soal pasutri inspiratif. Mirza dan Lia bisa menjadi contohnya. Di satu sisi, Mirza tak ragu untuk menjadi suami sekaligus bapak rumah tangga. Di sisi yang lain, Lia didukung oleh suaminya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

“Dulu kepikiran ninggal istri untuk berangkat sendiri, tapi suatu ketika dikasih tahu teman kalau hal ini bisa menimbulkan banyak konflik. Demi menghindari Long Distance Marriage (LDM), saya ikut istri dan anak ke luar negeri. Di Inggris enaknya jadi bapak rumah tangga karena lingkungannya mendukung, banyak laki-laki jadi bapak rumah tangga, bisa berbagi ilmu dengan tetangga tentang sekolah atau tempat bermain anak. Peran bapak sangat penting bagi perkembangan anak. Jika bapak tidak hadir dalam parenting, anak akan kehilangan sosok bapaknya dan akhirnya lepas kontrol,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Senada dengan Mirza, Lia juga memaparkan pendapatnya tentang perempuan yang sekolah lagi dan bermimpi besar.

“Teman-teman perempuan di Indonesia selama ini mungkin dibesarkan dengan cara dilindungi orangtuanya, diberi mimpi yang penting menikah saja, padahal masa depan perempuan bukan hanya dengan menikah. Menikah adalah satu di antara banyak pilihan, penting bagi perempuan untuk bermimpi besar dan memiliki value. Dengan begitu, enggak akan terburu-buru mencari pasangan, galau soal nikah, karena bisa menyaring laki-laki yang punya pandangan sama, dan akhirnya mendukung kesetaraan dalam sebuah hubungan,” papar perempuan kelahiran Surabaya, 29 Oktober 1993.

Lia bersyukur karena mempunyai suami yang mendukungnya untuk sekolah lagi dan kini merasa kualitas hubungannya dengan suami sangat baik.

“Mirza enggak suka punya istri yang tidak selaras atau kasarannya tidak pintar. Pada akhirnya, pernikahan itu tentang berbagi dan komunikasi. Untuk menghabiskan seumur hidup perjalanan pernikahan butuh orang yang nyambung. Mirza sudah S2, sekarang aku yang S2. Lima tahun pernikahan ini aku merasa kualitas hubungan kita paling baik. Parenting anak oke, travelling, banyak hal untuk dieksplor bareng dan kenangan yang kita buat bersama.” tutupnya.

(TribunJatim.com/Ficca Ayu Saraswaty)

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved